Model
JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati;
mereka dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan
yang dipasok bahan bakunya. Pengertian JIT adalah persediaan dengan
nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan tidak menanggung biaya
persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat dibutuhakan. Model
yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia dan
profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan
baku.
Dalam hubungannya dengan barang jadi (finished goods)
model JIT juga diterapkan, dimana perusahaan hanya memproduksi sesuai
dengan pesanan sehingga ia tidak mempnyai persediaan barang jadi.
Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan barang jadi. Model ini
dapat diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses produk
mulai dari pemasok sampai ke pelanggan memiliki motivasi kuat dalam
pengendalian dan peningkatan kualitas berkelanjutan.
JIT
bertujuan mengubah budaya perusahaan, yaitu usaha menjadi organisasi
terbaik dari atas ke bawah; setiap orang adalah pakar bagi pekerjaannya
sendiri dengan mengendalikan berpikir kolektif dan kreatif.
Hakikatnya, JIT adalah peningkatan proses untuk menghindari masalah
kronis, yaitu masalah yang ditimbulkan dari pemasok bahan baku yang
mengakibatkan kerugian; masalah ini sulit diidentifikasi dan umunya
dibiarkan, maka menjadi penyakit kronis yang sulit diobati. Hubungan
kerja sama jangka panjang dengan pemasok harus dibina, pemasok tidak
boleh dieksploitir demi keuntungan sesaat.
Prinsip dasar JIT adalah bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety stock). Dengan tidak memiliki safety stock, perusahaan
dapat menghemat biaya persediaan. Dalam model ini pemasok menjadi mitra
sejati yang loyal dan profesional karena setiap saat bahan baku
diperlukan untuk proses produksi, pada saat itu pula bahan baku harus
sudah ada di tempat proses produksi.
Motivasi
semua pihak yang demikian itu hanya bisa terjadi bila mereka berpikir
kritis dialektik, artinya setiap akibat harus dicari sebabnya, dan
setiap obyek dicari saling hubungannya dengan obyek yang lainnya.
Ishikawa menemukan teori untuk menelusuri sebab yang dapat menggunakan
“Ishikawa Tulang Ikan”. Ia menjelaskan bahwa setiap kegagalan pasti ada
sebabnya, dan penyebab itu dapat ditelusuri dari tujuh aspek yaitu aspek
:
Ø Tenaga manusia, kurang latihan, kurang pengetahuan, dan ketrampilan sehingga produktifitas rendah dan kualitas output rendah.
Ø Metode kerja, tanpa petunjuk kerja yang jelas sehingga pekerja (buruh) bekerja tidak mengikuti aturan.
Ø Peralatan, kurang perawatan, aus, dan teknologi sudah usang.
Ø Material, salah menentukan spesifikasi: kualitas dan jenis
Ø
Lingkungan, kondisi kerja yang kurang menyenangkan atau kondisi kerja
yang buruk yang mengakibatkan pekerja (buruh) tidak memiliki motivasi
kerja.
Ø Pengukuran, kurang tepat mengadakan pengukuran hasil kerja.
Ø Kepemimpinan, gaya yang otokratik sehingga pekerja (buruh) tidak menghargai pemimpinnya (manajernya).
Jika
salah satu dari tujuh aspek rusak, maka outputnya rusak, apalagi
ketujuh aspek tersebut rusak semua. Setiap kesalahan atau kegagalan
harus diperbaikki secara terus menerus agar produktifitas kerja dapat
ditingkatkan, mutu dapat ditingkatkan, dan nilai persediaan dapat
dikurangi. Di samping itu, perbaikan secara terus menerus juga dapat
meningkatkan rancangan produk, perbaikan proses produksi, perbaikan
distribusi, perbaikan promosi, perbaikan harga, dan perbaikan layanan
purna jual. Hubungan input dengan output berdasarkan gambar Ishikawa
Tulang Ikan.
Keunggulan dan Kritik terhadap JIT
Keunggulan JIT antara lain adalah :
Ø Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan.
Ø Dampak persediaan, persediaan kecil, mungkin nol.
Ø Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel.
Ø Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.
Ø Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode kerja.
Ø Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
Kritik terhadap JIT
Kritik terhadap JIT anatara lain :
ü
Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani
pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan
sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.
ü Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor.
ü Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.
ü Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.
ü
Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi
komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang
sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan
metode kerja tidak begitu mudah diganti.
ü
Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan
ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi
mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar