Halaman

Jumat, 01 Juni 2012

Hakikat Penelitian Kualitatif


A. Paradigma Penelitian Kualitatif
     Penelitian kualitatif itu sendiri masih dipertanyakan ketepatannya, karena
     sebutan-sebutan lain juga digunakan seperti etnografi, verstehen, participant
     observation, etnometodologi, case study, interpretive inquiry, natural
     inquiry, phenomenology
     Paradigma adalah cara pandang (the way of looking at things)
     Paradigma penelitian kualitatif terhadap "kebenaran" (ilmiah), menurut
     penelitian kualitatif adalah kebenaran intersubjektif (bukan kebenaran
     objektif). Kebenaran intersubjektif adalah kebenaran yang dibangun dari
     jalinan sebagai faktor yang bekerja bersama-sama, seperti budaya dan
     sifat unik dari individu-individu manusia, realitas adalah sesuatu yang
     dipersepsikan oleh yang melihat, bukan sekadar fakta yang bebas dari
     interpretasi apapun. Sebab itu realitas dalam paradigma kualitatif
     adalah bersifat jamak (multi facets)
     Clifford Geertz lebih memahami orang jawa dari kebanyakan orang jawa
     Snouck Horgrounje lebih memaham orang acer dari pada orang aceh

C. Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
     Creswell, 1994, Denzin&Lincoln, 1994, Guba&Lincoln, 1994, Mostyn, 1985
     Tashakkori&Teddie, 1998, Bogdan&Biklen, 1982, menurutnya ciri-cirinya :
 
     1.   menkonstruk realitas makna sosial dan budaya
           Penelitian kualitatif tidak "mengkonfirmasi" realitas (seperti uji hipotesis)
           tetapi membangun realitas sebelumnya "tersembunyi" (implisit) menjadi
           nyata (eksplisit)

     2.   tertarik pada interaksi peristiwa dan proses
           Penelitian kualitatif lebih tertarik pada dinamika terjadinya proses
           atau peristiwa yang melataebelakangi terjadinya hasil (produk)

     3.   variabel-variabel sangat kompleks dan sulit diukur
           Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian kualitaif sangat
           bersifat abstrak, multi-interprestasi dan sulit diukur serta tidak
           membatasi jumlah variabel apa pun yang mungkin muncul
           dalam penelitian

     4.   kontekstual
           Penelitian kualitatif sering kali bersifat kontekstual, tidak universal
           Apa yang benar di suatu tempat (lokus) penelitian belum tentu
           benar dalam lokus lain

     5.   keterlibatan peneliti sangat penting
           Peneliti harus sedekat mungkin dengan objek/subjek yang diteliti,
           lazimya disebut sebagai "participant observer"
 
     6.   latarbelakang alami (natural)
           Penelitian tidak mengontrol atau merekayasa apapun, dan membiarkan
           apapun yang ditelitinya berproses secara alamiah, wajar tanpa intervensi

     7.   sampel purposif
           Sampel yang dikaji akan dipilih secara sengaja (purposif) oleh peneliti
           dengan pertimbangan tertentu.

     8.   analisis induktif
           Analisis induktif berarti peneliti memulainya dari pengumpulan data di
           lapangan, dan sedikit demi sedikit bergerak ke atas ke arah yang
           lebih umum, abstrak, konseptual atau disebut "grounded"

     9.   mengutamakan "makna" di balik realitas
           Penelitian kualitatif tidak sekadar memotret realitas seperti apa adanya
           tidak tertarik menghitung korelasi antara agama yang dianut seseorang
           dengan pilihan parpol di dalam pemilu atau mempertanyakan "mengapa"
           seseorang agama terentu cenderung memilih parpol tertentu

     10. tertarik pada "why" daripada "what"
           Penelitian kualitatif tidak puas dengan jawaban "apa adanya"
           Mengapa masyarakat barat lebih mementingkan "keluarga inti"?
           Mengapa masyarakat jawa lebih menyukai tawar-menawar
           (sliding price system) dalam bertransaksi barang daripada
           mengunakan sistem harga pas (fixed price system)


C. Teori-Teori Di Belakang Penelitian Kaulitatif
      Beberapa teori yang ikut mengembangkan pendekatan kualitatif
      1. Interaksioisme Simbolik
          Menjelaskan perilaku manusia melalui analisis makna dan interaksi
          antara satu manusia dengan manusia lain. Mengapa manusia
          berlaku begini-begitu, karena dipicu oleh sesuatu yang mempunyai
          makna bagi dirinya.  Makna inilah yang mengubah perilakunya.


       2. Etnometodogi
           Berasumsi bahwa setiap masyarakat mempunyai kebiasaan,
           aturan, konsensus untuk mengatur kehidupan sehari-harinya,
           yang mengharuskan penelitian mengamati dan mencatat yang
           dapat dia lihat seperti  apa adanya(naturalistik)

       3. Fenomenologi
           Percaya bahwa tingkah laku manusia merupakan akibat dari
           konsep, makna, yang hidup di dalam kepalanya.

        4. Budaya
            Sistem budaya ini menjadi acuan dan tolak ukur dalam perilaku
            mereka sehari-hari
            Misalnya, apa makna perilaku wanita india memberi suatu tanda
            dikeningnya? Mengapa ada suatu jenis tarian (Jawa) yang hanya
            boleh dilakukan pada waktu tertentu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar