Halaman

Kamis, 14 Juni 2012

Depresiasi dan metodenya

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.

Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.

Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti
mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property)
seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.


Beberapa istilah yang sering dipergunakan didalam depresiasi, adalah:
1. Depresiasi adalah penurunan nilai dari suatu asset. Jumlah depresiasiDt selalu dihitung tahunan.
2. Biaya Awal(First Cost atau Unadjusted Basis) adalah biaya pemasangan dari asset termasuk biaya pembelian, pengiriman dan fee pemasangan, dan biaya langsung lainnya yang dapat dideprisiasikan termasuk persiapan asset untuk digunakan. Istilah unadjusted basis atau simple basis, serta simbul B dipergunakan ketika asset masih dalam keadaan baru.
3. Nilai Buku(Book Value) menggambarkan sisa, investasi yang belum terdepresiasi pada buku setelah dikurangi jumlah total biaya depresiasi pada waktu itu. Nilai buku BVt selalu ditentukan pada akhir tahun.
4. Periode Pengembalian(Recovery Period) umur depresiasi, n, dari asset dalam tahun untuk tujuan depresiasi.
5. Nilai Pasar(Market Value) Perkiraan nilai asset yang realistis jika asset tersebut dijual pada pasar bebas.
6. Tingkat Depresiasi (Depreciation Rate atau Recovery Rate) adalah fraksi dari biaya awal yang diambil dengan depresiasi setiap tahun. Tingkat ini adalah dt, mungkin sama setiap tahun yang sering disebut dengan straight-line rate atau berbeda setiap tahun pada periode pengembaliannya.
7. Nilai Sisa (Salvage Value) Perkiraan nilai jual atau nilai pasar pada akhir masa pakai dari asset tersebut. Nilai sisa SV.


METODE PERHITUNGAN DEPRESIASI
Metode penghitungan depresiasi ada 4 :
1.Metode Garis Lurus
2.Metode Unit Produksi
3.Metode Saldo Menurun Ganda
4.Metode Jumlah Angka Tahun

METODE GARIS LURUS
Dalam metode garis lurus maka nilai terdepresi / nilai yang didepresiasikan dari sebuah aktiva dibagi rata sepanjang taksiran umur manfaat aktiva tersebut.
Depresiasi=( Harga perolehan – Nilai sisa ) / Taksiran Umur Manfaat
Contoh soal    :
Jika harga perolehan mesin fotokopi Rp. 2.000.000,00 , nilai sisanya Rp. 500.000,00 dan taksiran umur manfaatnya 10 tahun. Berapakah depresiasinya dengan metode garis lurus?
Diketahui        :           Harga perolehan = Rp. 2.000.000,00
Nilai sisa = Rp. 500.000,00
Taksiran umur manfaat = 10 tahun
Ditanya           :           Depresiasi = ?
Jawab:
Depresiasi = (Harga perolehan – Nilai sisa ) / Taksiran Umur Manfaat
= (Rp. 2.000.000,00 – Rp. 500.000,00) / 10 tahun
= Rp. 1.500.000,00 / 10 tahun = Rp. 150.000,00

METODE UNIT PRODUKSI
Dalam metode ini nilai depresiasi tergantung kepada banyaknya produksi yang sudah dihasilkan oleh aktiva tersebut ( biasanya berupa mesin produksi ). Semakin banyak produksi yang dihasilkan oleh mesin tersebut maka akan semakin banyak pula depresiasinya.
Depresiasi = (Harga perolehan – nilai sisa) / unit produksi taksiran selama usia manfaat
Contoh soal :
Harga perolehan suatu mobil ialah Rp. 150.000.000,00, nilai sisa Rp. 75.000.000,00. Umur taksirannya 100.000 jam. Berapakan depresiasinya?
Diketahui        :           Harga perolehan suatu mobil ialah =Rp. 150.000.000,00
nilai sisa =Rp. 75.000.000,00
Umur taksirannya = 100.000 jam
Ditanya           :           Depresiasi = ?
Jawab :
Depresiasi/jam = (Rp. 150.000.000,00-Rp. 75.000.000,00)/100.000 jam
= Rp. 75.000.000,00 / 100.000 jam
= Rp. 750,00

METODE SALDO MENURUN GANDA
Metode ini tidak memperhitungkan adanya nilai sisa / residu. Depresiasi tiap periode menggunakan prosentasi yang sama akan tetapi menghasilkan nilai yang berbeda karena nilai depresiasi pertama mengurangi nilai aktiva pada periode kedua dan seterusnya. Artinya nilai aktiva setiap periode selalu berbeda karena nilai aktiva menurun.
Tarif Depresiasi =( 100% / taksiran umur manfaat )x2
Depresiasi Periode 1= Tarif Depresiasi x Nilai buku awal tahun
Depresiasi Periode 2 = Tarif Depresiasi x Nilai buku akhir tahun ke 2.
Dimana nilai aktiva periode 2 adalah nilai aktiva awal dikurangi nilai depresiasi periode 1.
Contoh soal :
Pada tanggal 17 Agustus, Pa Bambang membeli mesin tik seharga Rp. 150.000,00. Taksiran umur mesin tik ini adalah 4 tahun, dan nilai sisanya Rp. 50.000,00. Dengan menggunakan metode saldo menurun ganda, berapakah depresiasi pada akhir tahun pertama?
Diketahui        :           Nilai buku awal tahun = Rp. 150.000,00
Taksiran umur manfaat = 4 tahun
Nilai sisa = Rp. 50.000,00
Ditanya           :           Depresiasi=?
Jawab :
Tarif depresiasi = (100% / taksiran umur manfaat) x 2
= (100% / 4 tahun) x 2
= 50% per tahun
Depresiasi = nilai buku awal tahun x tarif depresiasi
= Rp. 150.000,00 x 0.5
= Rp. 75.000,00

METODE JUMLAH ANGKA TAHUN
Dalam metode ini depresiasi pada periode pertama jumlahnya paling besar dan dan pada periode terakhir depresiasinya paling kecil. Jadi depresiasi setiap periode berkurang sesuai dengan jumlah angka tahun taksiran umur manfaatnya. Jika taksiran umur manfaat n tahun maka cara menghitungnya adalah
S = n(n+1)/2
Depresiasi tahun 1 =( n / S ) x Nilai Terdepresiasi
Depresiasi tahun 2=( ( n-1 )/ S ) x Nilai Terdepresiasi
Depresiasi tahun 3=( ( n-2 ) / S ) x Nilai Terdepresiasi
Seterusnya sampai habis taksiran umur manfaatnya.
Contoh soal :
Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, hitunglah depresiasi tahun pertama dari mesin fotokopi yang dibeli oleh Pa Bambang seharga Rp. 20.000.000,00 dan memiliki taksiran umur manfaat 10 tahun dan nilai sisa Rp. 1.000.000,00.
Jawab :
S = N(N+1)/2
= 10(10+1) / 2
= 55
Angka pecahan untuk terdepresiasi tahun pertama = N/S = 10/55
Jumlah terkena depresiasi = harga perolehan – nilai sisa
= Rp. 20.000.000,00 – Rp. 1.000.000,00
= Rp. 19.000.000,00
Depresiasi tahun-1 = jumlah terkena depresiasi x angka pecahan depresiasi
= Rp. 19.000.000,00 x 10/55
= Rp. 34.545.455,00

1 komentar: