Abstrak :
Negara Indonesia merupakan negara berdaulat dan demokrasi yang terdiri dari banyak penduduk dengan berbagai macam karakter, budaya serta aspek dalam kehidupannya. Aspek tersebut dapat dikaji dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Aspek yang akan dikaji dalam jurnal ilmiah ini adalah aspek ekonomi, di mana aspek ini merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam perkembangan negara Indonesia. Aspek ekonomi negara Indonesia berkaitan dan berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pendapatan nyata berupa produk domestik bruto ( Gross Domestic Product ). Pertumbuhan ekonomi negara Indonesia berkaitan pula dengan jumlah penduduk yang ada di negara Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Kemampuan negara Indonesia untuk meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat tergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya. Untuk mengetahui cara perhitungan pertumbuhan ekonomi tersebut, maka peran angka indeks sangat diperlukan. Melalui perhitungan angka indeks, maka kita dapat mengetahui perubahan-perubahan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia per tahunnya, selain itu kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, baik pertumbuhan ekonomi yang menurun ataupun pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dengan menggunakan perhitungan angka indeks, kita dapat lebih mudah dan cepat untuk menghitung seberapa besar pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia. Berikut adalah hasil pertumbuhan ekonomi negara Indonesia berdasarkan perhitungan angka indeks dari tahun 2002-2011, yaitu sebesar 16,30%; 8,02%; 27,03%; 11,11%; 22,52%; 19,91%; 18,31%; 25,26%; 13,24%; 6,09%
Negara Indonesia merupakan negara berdaulat dan demokrasi yang terdiri dari banyak penduduk dengan berbagai macam karakter, budaya serta aspek dalam kehidupannya. Aspek tersebut dapat dikaji dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Aspek yang akan dikaji dalam jurnal ilmiah ini adalah aspek ekonomi, di mana aspek ini merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam perkembangan negara Indonesia. Aspek ekonomi negara Indonesia berkaitan dan berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pendapatan nyata berupa produk domestik bruto ( Gross Domestic Product ). Pertumbuhan ekonomi negara Indonesia berkaitan pula dengan jumlah penduduk yang ada di negara Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Kemampuan negara Indonesia untuk meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat tergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka panjangnya. Untuk mengetahui cara perhitungan pertumbuhan ekonomi tersebut, maka peran angka indeks sangat diperlukan. Melalui perhitungan angka indeks, maka kita dapat mengetahui perubahan-perubahan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia per tahunnya, selain itu kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, baik pertumbuhan ekonomi yang menurun ataupun pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dengan menggunakan perhitungan angka indeks, kita dapat lebih mudah dan cepat untuk menghitung seberapa besar pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia. Berikut adalah hasil pertumbuhan ekonomi negara Indonesia berdasarkan perhitungan angka indeks dari tahun 2002-2011, yaitu sebesar 16,30%; 8,02%; 27,03%; 11,11%; 22,52%; 19,91%; 18,31%; 25,26%; 13,24%; 6,09%
ANALYSIS OF THE ROLE OF ECONOMIC GROWTH INDEX NUMBERS OF THE INDONESIA YEAR 2002 - 2011
Abstract : Indonesia is a sovereign nation state and
democracy that consistsof many people with a variety of characters,
culture and aspects of his life. These aspects can be studied in the
political, economic, social, cultural, defense and security. Aspects to
be studied in a scientific journal is the economic aspect, in which this
aspect is an aspect that plays an important role in the development of
Indonesia.Economic aspects of the Indonesia-related and closely linked
toeconomic growth in Indonesia, where economic growth is influenced by
real income in the form of GDP (Gross Domestic Product). Economic growth
in Indonesia also related to the total population in the country of
Indonesia, where economic growth is needed and is the main source of
rising living standards of population numbers continue to rise. The
ability of Indonesia toimprove the living standards of its population is
very dependent anddetermined by the rate of long-term economic growth.
To find outhow the calculation of economic growth, the role of index
numbers is needed. Through the calculation of index numbers, then we can
know changes the state of Indonesia's economic growth per year,other
than that we can find out how the development of the country's economic
growth in Indonesia, both the decline of economic growthor increased
economic growth. By using the calculation of index numbers, we can more
easily and faster to calculate how mucheconomic growth in Indonesia.
Here are the results of Indonesia's economic growth based on the
calculation of index numbers of the years 2002-2011, amounting to
16.30%, 8.02%, 27.03%, 11.11%, 22.52%, 19.91%; 18 , 31%, 25.26%, 13.24%,
6.09%
PENDAHULUAN
Latar belakang
Persoalan pertumbuhan ekonomi ( economic growth ) telah
mendapatkan perhatian yang besar sejak beberapa tahun yang silam di
negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber
utama peningkatan standar hidup ( standard of living ) penduduk
yang jumlah terus meningkat. Dengan kata lain, kemampuan negara
Indonesia untuk meningkatkan standar hidup penduduknya adalah sangat
tergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka
panjangnya ( long run rate of economic growth ). Pada akhir abad 18
telah berkembang suatu pandangan yang mengatakan bahwa pertumbuhan
penduduk ( population growth ) akan sangat dibatasi oleh kemampuan alam untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar ( basic needs ) dari penduduk yang jumlahnya terus meningkat itu. Jika penduduk bertambah lebih cepat daripada kemampuan ekonomi ( economic capacities ),
maka pertumbuhan penduduk harus dikendalikan atau dikontrol, sebab jika
tidak akan menyebabkan penderitaan umat manusia yang semakin berat.
Pendapat tersebut dikemukakan salah seorang ahli ekonomi Klasik, yaitu
Thomas Robert Malthus lewat karyanya yang berjudul An eassy on the Principles of Population.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek ekonomi inti, di mana
pertumbuhan ekonomi memegang peranan dalam menentukan perkembangan suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dengan masalah-masalah dan
persoalan yang terjadi di negara Indonesia,seperti halnya masalah
pengangguran. Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang
dikemukakan pemerintah Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan
untuk mengurangi tingkat pengangguran, Data Indonesia menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan
pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya, begitu pula
sebaliknya. Tingkat pengangguran di Indonesia memiliki trend yang
cenderung terus meningkat. Masalah pengangguran merupakan salah satu
faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia, di mana
pertumbuhan ekonomi yang terhambat akan membuat negara Indonesia untuk
berkembang menjadi negara maju.
Perhitungan mengenai pertumbuhan ekonomi ini dapat diukur melalui
perhitungan angka indeks. Dengan menggunakan peerhitungan angka indeks,
maka kita dapat mengetahui seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi
negara Indonesia setiap tahunnya. Angka indeks dapat memberikan manfaat
agar kita dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif mengenai
bagaimana terjadinya perubahan-perubahan variabel dalam dua atau lebih
waktu yang berlainan. Hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah
bahwa melalui cara perhitungan angka indeks, kita tidak akan sulit untuk
mengetahui sejauh mana pertumbuhan ekonomi kita berkembang dan kita pun
tidak akan sulit untuk menganalisis apakah pertumbuhan negara Indonesia
naik atau turun untuk setiap tahunnya. Melalui angka indeks, kita pun
dapat membandingkan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia dengan negara
lainnya. Manfaat kita mengetahui pertumbuhan ekonomi negara lain adalah
untuk menjadi motivasi dan pedoman bagai negara kita agar dapat terus
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga negara Indonesia dapat
berkembang menjadi negara maju.
Maka dari itu, melalui pembuatan jurnal ilmiah ini kita akan dapat
mengetahui apa saja peran angka indeks tehadap pertumbuhan ekonomi
negara Indonesia, apakah pertumbuhan ekonomi negara Indonesia mengalami
kenaikan ataupun penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2011.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
seberapa besar peran angka indeks terhadap pertumbuhan ekonomi negara
Indonesia tahun 2002 – 2009.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
tingkat pertumbuhan ekonomi negara Indonesia dari tahun 2002 – 2009
melalui perhitungan angka indeks.
Tinjauan Pustaka
Angka indeks merupakan peralatan statistik yang
sangat populer guna mengukur perubahan atau melakukan perbandingan
antara variabel-variabel ekonomi dan sosial. Perubahan atau perbandingan
antar variabel dara waktu ke waktu dan yang dinyatakan dengan angka
indeks umumnya lebih mudah dimengerti ( Dajan, 1985 ). Angka indeks atau
indeks adalah angka yang dipakai sebagai alat perbandingan dua atau
lebih kegiatan yang sama untuk kurun waktu yang berbeda dan dinyatakan
dalam satuan persen ( Hasan, 2003 ). Tujuan pembuatan angka indeks
adalah mengukur secara kuantitatif terjadinya perubahan dalam dua waktu
yang berlainan, seperti indeks harga untuk mengukur perubahan harga,
indeks biaya hidup untuk mengukut tingkat inflasi, dan sebagainya (
Supranto, 2008 ). Dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu,
yaitu ( Supranto, 2008 ) :
1. Waktu dasar ( Based Period )
Waktu dasar adalah waktu di mana suatu kegiatan ( kejadian ) digunakan sebagai dasr perbandingan.
2. Waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan ( Current Period )
Waktu yang bersangkutan adalah waktu di mana suatu kegiatan (
kejadian ) digunakan sebagai dasar perbandingan terhadap kegiatan (
kejadian ) pada waktu dasar.
Jenis – jenis angka indeks yang akan dipakai dalam menghitung
pertumbuhan ekonomi negara Indonesia tahun 2002-2009 dapat dikelompokkan
berdasarkan penggunaannya ( Hasan, 2003 )
1. Jenis – jenis angka indeks berdasarkan penggunaannya :
a. Indeks Harga ( Price Index )
Indeks harga adalah angka indeks yang digunakan untuk mengukur atau
menunjukkan perubahan harga barang, baik satu barang atau sekumpulan
barang. Indeks harga menyangkut persentase kenaikan atau penurunan harga
barang tersebut
Contoh : indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan pasar.
b. Indeks kuantitas ( Quantity Index )
indeks kuantitas adalah angka indeks yang digunakan untuk mengukur
kuantitas suatu barang atau sekumpulan barang, baik yang diproduksi,
dikonsumsi, maupun dijual.
Contoh : indeks produksi beras, indeks penjualan jagung.
c. Indeks nilai ( Value Index )
Indeks nilai adalah angka indeks yang digunakan untuk melihat
perubahan nilai dari suatu barang atau sekumpulan barang, baik yang
dihasilkan, diimpor, maupun diekspor.
Contoh : indeks nilai ekspor kopra, indeks nilai impor beras.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan
dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk
pada perubahan yang bersifat kuantitatif ( quantitative change ) dan biasanya diukur dengan menggunakan
data
produk domestik bruto ( GDP ), atau pendapatan atau output per kapita.
Produk domestik bruto ( GDP ) adalah total nilai pasar ( total market value ) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa ( final goods and services
) yang dihasilkan di dalam suatu perekonomian selama kurun waktu
tertentu ( biasanya 1 bulan ). Konsep lain yang terkait dengan GDP
adalah produk nasional bruto ( GNP ) yaitu total nilai pasar dari
barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh penduduk ( residents
) suatu negara selama kurun waktu tertentu. Jadi, perbedaan antara GDP
dan GNP adalah bahwa GDP mengukur pendapatan dari faktor-faktor produksi
dalam batas teritori negara ( nation’s territory boundaries ),
tanpa mempersoalkan siapa yang menerima pendapatan tersebut; sedangkan
GNP mengukur pendapatan dari penduduk negara Indonesia atau
perekonomian, tanpa mempersoalkan apakan pendapatan itu
diciptakan/dihasilkan oleh produksi di dalam negeri ataukah produksi di
luar negeri ( Sach and Larrain, 1993 : 25 ).
Pertumbuhan ekonomi memiliki unsur-unsur dan berkaitan erat dengan
output barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Output
barang dan jasa begantung pada kuantitas input yang tersedia, seperti
kapital dan tenaga kerja, dan produktivitas dari input tersebut.
Hubungan diantara output dan input dijelaskan dengan menggunakan fungsi
produksi Y = AF ( K,N ), di mana Y adalah total output, K adalah jumlah
kapital, N adlah jumlah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas. Jika
output dan produktivitas adalah konstan, maka fungsi produksi menyatakan
bahwa output juga akan konstan – artinya tidak terjadi pertumbuhan
ekonomi. Supaya jumlah output bertumbuh, maka kuantitas input yang
digunakan harus bertambah atau produktivitas harus meningkat, atau
kedua-duanya.
Akuntansi pertumbuhan ( growth accounting ) secara empiris
mengukur peran relatif dari ketiga sumber pertumbuhan ekonomi tersebut.
Analisis akuntansi pertumbuhan tipikal mencakup empat tahap, sebagai
berikut : tahap 1 ( dapatkan ukuran dari laju pertumbuhan output,
kapital, dan tenaga kerja, untuk perekonomian selama kurun waktu
tertentu, tahap 2 ( estimasi nilai-nilai untuk elastisitas ak dan an
dari data historis ),tahap 3 ( hitung kontribusi kapital terhadap
pertumbuhan ekonomi dan kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi, tahap 4 ( sebagian dari pertumbuhan ekonomi disumbangkan, baik
oleh pertumbuhan kapital maupun pertumbuhan tenaga kerja yaitu
ditunjukkan oleh peningkatan di dalan produktivitas faktor tota.
Sebagian besar ahli ekonomi Solow residual diinterpretasikan sebagai
bagian dari pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Sedangkan Edwart Prescott ( 1986 ), menginterpretasikannya sebagai
suatu ukuran dari tingkat kemajuan teknologi. Dalam kenyataannya, Solow
residual itu sesungguhnya merupakan ukuran dari sesuatu yang tidak
diketahui, sebab ia dihitung sebagai bagian dari pertumbuhan yang tidak
dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang dapat diamati.
1. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan oleh Sir Roy F. Harrod dan Evsey Domar. Teori
ini merupakan perkembangan dari teori Keynes. Dengan dasar pemikiran
bahwa analisis yang dilakukan oleh Keynes dianggap kurang engkap karena
tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, Harrod-Domar
mencoba untuk menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar
perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan
mantap (steady growth).
Ada beberapa asumsi yang digunakan. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:
a. Perekonomian dalam keadaan seluruh barang modal dan tenaga kerja telah seluruhnya digunakan (full employment).
b. Perekonomian hanya terdiri dari dua sector yaitu household dan firm. Tidak ada government dan trade with rest of the world.
c. Besarnya Private Saving proporsional dengan National Income.
d. Marginal Propensity to save (MPS), Capital-output ratio (COR) dan
incremental capital-output ratio (ICOR) dianggap konstan/tetap.
Berdasarkan pada asumsi diatas kita memperoleh bahwa tabungan harus sama dengan total investasi (S=I), dimana;
· Tabungan merupakan suatu proporsi dari output total (S = sY).
· Investasi didefenisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan I=∆K.
Karena stok modal (K) memiliki hubungan langsung dengan output total
(Y) yang ditunjukkan melalui COR (k), maka k= ∆K/∆Y atau K=k.Y.
Kita bisa menuliskan identitas dari tabungan yang sama dengan investasi sebagai berikut:
S = s.Y = k.
∆Y = ∆K = I
s.Y = k.∆Y
K/Y pada persamaan di atas menunjukkan tingkat perubahan output
(persentasi dari perubahan output). Tingkat pertumbuhan output
ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output
(COR=k).
Persamaan Harrod-Domar yang sangat sederhana ini menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio
tabungan. Makin tinggi tabungan diinvestasikan, makin tinggi pula
output. Hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah
negatif, yaitu makin tinggi nilai COR maka makin rendah tingkat
pertumbuhan output. Oleh karena itu, jika ingin tumbuh, perekonomian
harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output
totalnya. Adapun derivasi tingkat pertumbuhan ekonominya adalah
persamaan akhir dari derivasi tersebut menunjukkan bahwa teori
pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar bahwa ketika terjadi kenaikan
saving rate/marginal product of capital dan penurunan depresiasi dari
modal/kapital maka akan terjadi penambahan output, vice versa. Inilah
yang disebut dengan model pertumbuhan Harrod-Domar.
Ada beberapa kelemahan yang ditemukan dari teori Harrod-Domar ini, antara lain:
1) Teori ini mengasumsikan bahwa MPS dan ICOR konstan. Padahal
kenyataannya kedua hal tersebut mungkin saja berubah dalam jangka
panjang.
2) Asumsi bahwa tenaga kerja dan modal dipergunakan dalam proporsi
yang tetap tidak dapat dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja dapat
menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak lebih mulus. Dalam
kenyataannya pergerakan ini tidak stabil.
3) Sulit sekali dan bahkan hampir tidak mungkin memppertahankan
asumsi harga tetap konstan karenakenyataanya perubahan harga sangat
mungkin terjadi.
4) Suku bunga tidak bisa dianggap konstan. Suku bunga dapat saja berubah dan pada akhirnya mempengaruhi investasi.
2. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi Solow
Model Solow sebagai salah satu model pertumbuhan ekonomi memberikan
analisis statis bagaimana keterkaitan antara akumulasi modal,
pertumbuhan populasi penduduk, dan perkembangan teknologi serta pengaruh
ketiganya terhadap tingkat produksi output. Model ini memberikan
jawaban atas pertanyaan mengapa perekonomian di suatu negara bisa tumbuh
lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi di negara lain.
Sebelum menganalisis lebih dalam, kita perlu mengetahui asumsi-asumsi
yang digunakan dalam model Solow. Selanjutnya, asumsi-asumsi tersebut
akan kita lepas satu per satu untuk melihat bagaimana dampaknya terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
I. Akumulasi Modal
Asumsi pertama model Solow adalah dengan menganggap tidak ada
perubahan pada angkatan kerja dan teknologi ketika terjadi proses
akumulasi modal dalam perekonomian di suatu negara. Proses akumulasi
modal ini nantinya hanya ditentukan oleh penawaran dan permintaan
terhadap barang.
Penawaran terhadap Barang dan Fungsi Produksi
Dalam model Solow, output bergantung pada persediaan modal dan jumlah
tenaga kerja. Hal ini dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut
:
Y = F (K, L)
zY = F (zK, zL)
Untuk memudahkan analisis, kita nyatakan seluruh variabel dalam
perekonomian per tenaga kerja atau dengan mengganti nilai z dengan 1/L.
Dengan demikian, diperoleh:
Y/L = (K/L, 1)
Y = f(k)
Persamaan di atas menunjukkan jumlah output per tenaga kerja adalah fungsi dari jumlah modal per tenaga kerja.
Untuk setiap modal ‘k’, fungsi di atas menunjukkan berapa banyak
output yang diproduksi dalam perekonomian. Dari fungsi produksi di atas,
jika kita derivasikan satu kali, akan diperoleh marginal product of
capital (MPK) yang didefinisikan sebagai seberapa banyak output tambahan
yang dihasilkan oleh seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal
tambahan. Secara matematis :
MPK = f(k+1) – f(k)
Dari persamaan ini ketika nilai ‘k’ rendah, rata-rata pekerja hanya
memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan
akan begitu berguna dan dapat memproduksi output tambahan lebih banyak.
Ketika nilai ‘k’ tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal,
sehingga satu unit tambahan modal hanya akan sedikit menghasilkan output
tambahan.
Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi
Peranan permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari
konsumsi dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja merupakan
jumlah dari konsumsi per pekerja dan investasi per pekerja.
y = c + i
Dalam model Solow, diasumsikan setiap tahun seseorang akan menabung
sebagian dari pendapatan mereka sebesar ‘s’ dengan nilai given dan
mengkonsumsi sebesar (1-s) dari pendapatan mereka. Dengan demikian, kita
bisa menyatakan gagasan ini dalam bentuk fungsi konsumsi sederhana,
yaitu :
c = (1-s) y
Y = (1-s) y + i
Untuk melihat pengaruh fungsi konsumsi ini terhadap investasi, kita
substitusikan persamaan di atas ke dalam identitas perhitungan
pendapatan nasional, sehingga diperoleh lah bahwa tingkat investasi sama
dengan tabungan. Jadi secara tidak langsung, tingkat tabungan ‘s’
menunjukan seberapa besar bagian output yang dialokasikan untuk
investasi.
y = (1-s) y + i
i = sy
Investasi dan Depresiasi
Seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, persediaan modal akan
mengalami perubahan. Perubahan ini dapat bersumber dari dua hal :
investasi dan depresiasi. Investasi berupa perluasan usaha dan
penambahan modal, sedangkan depresiasi mengacu pada penggunaan modal
sehingga persediaan modal berkurang.
i = s.f(k)
Persamaan di atas mengaitkan persediaan modal ‘k’ yang dimiliki
dengan akumulasi modal ‘i’ baru. Untuk memasukkan depresiasi ke dalam
model, kita asumsikan bahwa sebagian dari persediaan modal menyusut
setiap tahun sebesar δ (tingkat depresiasi). Dengan demikian, kita bisa
menyatakan dampak investasi dan depresiasi terhadap persediaan modal ke
dalam bentuk persamaan :
∆k = s.f(k) – δk
∆k = i – δk
Dimana ∆k menunjukkan perubahan persediaan modal antara satu tahun
tertentu ke tahun berikutnya.Dari persamaan di atas, kita mengetahui
bahwa semakin tinggi persediaan modal, maka semakin besar jumlah output
dan investasi. Namun, semakin tinggi persediaan modal, maka semakin
besar pula jumlah depresiasinya. Ketika perekonomian berada di dalam
kondisi tertentu, yakni pada saat jumlah investasi sama dengan jumlah
depresiasi, persediaan modal dalam perekonomian dinyatakan dalam k*
(saat ∆k = 0).
Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan
modal ‘k’ dan output ‘f(k)’ berada dalam kondisi mapan sepanjang waktu
(tidak akan bertumbuh ataupun menyusut). Kita juga dapat mengetahui
berapa tingkat modal per pekerja pada kondisi steady statedengan
menggunakan persamaan di atas. Kondisi steady state ini, dengan kata
lain, menunjukkan ekuilibrium perekonomian di jangka panjang.
Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan
Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan
penting dari persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan kata
lain, jika tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai
persediaan modal yang besar dan tingkat ouput yang tinggi, serta
sebaliknya. Dasar dari model Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan
dengan kebijakan fiskal. Defisit anggaran yang terjadi terus-menerus
dapat mengurangi tabungan nasional dan menyusutkan kemampuan
berinvestasi. Konsekuensi dalam jangka panjang, yakni rendahnya
persediaan modal dan pendapatan nasional.
Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, menurut Solow, tingkat
tabungan yang lebih tinggi hanya akan meningkatkan pertumbuhan untuk
sementara sampai perekonomian mencapai kondisi steady-state baru yang
lebih tinggi dari sebelumnya. Jika perekonomian mempertahankan tingkat
tabungan yang tinggi, maka hal itu hanya akan mempertahankan persediaan
modal yang besar dan tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan
tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Tingkat Modal Golden-Rule
Ketika pembuat kebijakan menentukan kondisi steady-state yang ingin
dicapai dalam perekonomian, maka hal itu haruslah ditujukan untuk
memaksimalkan kesejahteraan individu yang membentuk masyarakat. Individu
tidak akan mempermasalahkan jumlah modal dalam perekonomian atau jumlah
output yang dihasilkan. Individu hanya akan peduli pada jumlah barang
dan jasa yang dapat mereka konsumsi. Dengan kata lain, pembuat kebijakan
harus memilih kondisi steady-state dengan tingkat konsumsi tertinggi.
Nilai kondisi steady-state yang memaksimalkan tingkat konsumsi ini
disebut tingkat modal kaidah emas atau golden rule level of capital dan
dinyatakan dengan ‘k*emas’.
METODOLOGI
Teknik pengumpulan data dan analisis data
Dalam penelitian ini pemilihan responden dilakukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu,
peneliti yang didasari atas kemampuan dan pengetahuan serta
pertimbangan tertentu dapat menentukan pilihannya dalam memilih
responden yang diyakini mampu memberikan jawaban pada kuisioner sesuai
dengan topik penelitian (Sugiyono, 2007).
Dalam proses pengumpulan data terdapat dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian
berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, sedangkan
kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Interview yaitu teknik mengumpulkan data dengan melakukan
tanya jawab secara langsung dengan responden untuk mendapatkan berbagai
data yang relevan dengan penelitian
2) Studi kepustakaan yaitu menelaah dan meneliti buku – buku atau literatur – literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan instrumen survey berupa pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan interview.
2. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan cara mendatangi sumber-sumber data
langsung kepada pihak-pihak yang mengetahui perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi serta kepada para masyarakat mengenai pendapatan upah nyata
Pengolahan Data
Pengolahan data primer yang telah dikumpulkan langsung dari hasil
penelitian di lapangan dengan melakukan rekapitulasi data supaya lebih
mudah untuk disajikan.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu membandingkan hasil penelitian dengan kondisi ideal yang diharapkan.
Penyajian Data
Dari hasil penelitian dan data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan narasi yang relevan.
PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan tabel pertumbuhan ekonomi negara Indonesia tahun 2002 sampai tahun 2011 :
*asumsi PDB (US$) tahun 2001 adalah $1282,0
Tahun
|
PDB(US$)
|
Perhitungan pertumbuhan ekonomi
|
2002
|
1491,0
|
16,30%
|
2003
|
1610,6
|
8,02%
|
2004
|
2045,9
|
27,03%
|
2005
|
2273,1
|
11,11%
|
2006
|
2785,0
|
22,52%
|
2007
|
3339,5
|
19,91%
|
2008
|
3950,9
|
18,31%
|
2009
|
4948,7
|
25,26%
|
2010
|
5603,9
|
13,24%
|
2011
|
5945,1
|
6,09%
|
Tahun
|
Analisis pertumbuhan ekonomi
|
2002
|
· PDB Indonesia selama tahun 2002 meningkat sebesar 16,30
persen dibandingkan PDB tahun 2001. Pertumbuhan ini terjadi pada semua
sektor ekonomi, tertinggi pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar
7,83 persen, listrik-gas-air bersih sebesar 6,17 persen, dan
keuangan-persewaan-jasa perusahaan sebesar 5,55 persen.
· Perekonomian Indonesia tahun 2002 yang diukur berdasarkan
besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.610,0 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 426,7 triliun.
· Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002
digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah.
Hal ini terlihat dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi
pemerintah pada tahun 2002 terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh
sebesar 4,72 persen dan 12,79 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap
bruto dan ekspor masing-masing turun sebesar minus 0,19 persen dan minu
· Fluktuasi jangka pendek perekonomian Indonesia selama tahun
2002 tercermin pada PDB triwulanan. Pertumbuhan PDB triwulan IV tahun
2002 dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2002 (q to q) menurun
sebesar minus 2,61 persen. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh
pola musiman di sektor pertanian yang turun sebesar minus 20,26 persen.
Kemudian PDB triwulan III dibanding triwulan II meningkat sebesar 2,75
persen, dan PDB triwulan II terhadap triwulan I meningkat sebesar 1,30
persen.
· Perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2002 dengan
triwulan yang sama pada tahun 2001 menggambarkan laju pertumbuhan (year
on year) tanpa pengaruh musiman. Laju pertumbuhan triwulan IV sebesar
3,82 persen, triwulan III sebesar 4,25 persen, triwulan II sebesar 3,87
persen, dan triwulan I tumbuh sebesar 2,67 persen.
|
2003
|
· PDB Indonesia selama tahun 2003 meningkat sebesar
8,02 persen dibandingkan tahun 2002. Pertumbuhan ini terjadi pada
semua sektor ekonomi, tertinggi pada sektor pengangkutan-komunikasi
sebesar 10,69 persen, diikuti oleh sektor listrik-gas-air bersih sebesar
6,82 persen, dan sektor bangunan sebesar 6,70 persen.
· Perekonomian Indonesia tahun 2003 yang diukur berdasarkan
besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.786,7 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 444,5 triliun.
· Perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2003
dengan triwulan yang sama pada tahun 2002 menggambarkan laju
pertumbuhan (year on year) tanpa pengaruh musiman. Laju
pertumbuhan triwulan IV sebesar 4,35 persen, triwulan III sebesar
3,97 persen, triwulan II sebesar 3,65 persen, dan triwulan I tumbuh
sebesar 4,45 persen.
· Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2003
digerakkan oleh semua komponen PDB penggunaan yaitu konsumsi
rumahtangga tumbuh sebesar 4,02 persen, konsumsi pemerintah
sebesar 9,84 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,36
persen, ekspor sebesar 4,04 persen dan impor tumbuh sebesar 1,96
persen.
|
2004
|
· Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diukur berdasarkan
besaran Produk DomestikBruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp.
2.303,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp.
1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 27,03 persen dibanding
tahun 2003.
· Pertumbuhan PDB terjadi di hampir semua sektor ekonomi
kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi
dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,70 persen,
diikuti oleh sektor bangunan sebesar 8,17 persen, dan sektor
keuangan,persewaan dan jasa perusahaan 7,72 persen.
· Secara triwulanan, pertumbuhan PDB triwulan IV tahun 2004 dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2004 (q-to-q)
menurun sebesar minus 1,55 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding
triwulan II meningkat sebesar 3,36 persen, dan PDB triwulan II terhadap
triwulan I meningkat sebesar 1,63 persen.
· Selanjutnya, perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2004 dengan triwulan yang samatahun 2003 (year-on-year) menunjukkan
laju pertumbuhan triwulan IV mencapai 6,65persen, triwulan III 5,10
persen, triwulan II sebesar 4,38 persen, dan triwulan I 4,38 persen.
· Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2004 didorong oleh
meningkatnya permintaanmasyarakat yang meliputi pertumbuhan konsumsi
rumah tangga sebesar 4,94 persen,konsumsi pemerintah 1,95 persen,
pembentukan modal tetap bruto 15,71 persen, ekspor 8,47 persen; serta
pertumbuhan impor sebesar 24,95 persen.
|
2005
|
· Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2005
dibanding tahun 2004 mencapai 11,11 persen. Pertumbuhan PDB terjadi di
hampir semua sektor ekonomi di mana pertumbuhan tertinggi dihasilkan
oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,97persen, diikuti
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,59 persen, dan
sektor bangunan 7,34 persen.
· Perekonomian Indonesia tahun 2005 yang diukur berdasarkan
besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 2.729,7 triliun,
sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp1.749,5 triliun.
· Secara triwulanan, pertumbuhan PDB triwulan IV tahun 2005 dibandingkan dengan PDB triwulan III tahun 2005 (q-to-q)
menurun sebesar minus 2,18 persen. Kemudian PDB triwulan III dibanding
triwulan II meningkat sebesar 3,05 persen, dan PDB triwulan IIterhadap
triwulan I meningkat sebesar 1,69 persen.
· Selanjutnya, perbandingan PDB riil triwulanan tahun 2005 dengan triwulan yang sama tahun 2004 (year-on-year) menunjukkan
laju pertumbuhan triwulan IV mencapai 4,90 persen, triwulan III 5,63
persen, triwulan II sebesar 5,63 persen, dan triwulan I 6,25 persen.
· Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didorong oleh
pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 3,95 persen, konsumsi
pemerintah sebesar 8,06 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar
9,93 persen, kemudian ekspor sebesar 8,60 persen; selain itu dipengaruhi
juga oleh pertumbuhan impor sebesar 12,35 persen.
|
2006
|
· Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 22,52 persen
terhadap tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif,
dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 13,6
persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen.
· Besaran PDB Indonesia pada tahun 2006 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp3.338,2 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan
2000 mencapai Rp1.846,7 triliun.
· Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV/2006 menurun
1,9 persen dibandingkan dengan triwulan III/2006 (q-to-q), dan bila
dibandingkan dengan triwulan IV/2005 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,1 persen.
· Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2006 mencapai 6,1
persen, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang
besarnya 5,5 persen.
· Di sisi penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 62,7 persen, konsumsi pemerintah
8,6 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 24,0
persen serta ekspor neto 4,8 persen (ekspor 30,9 persen dan impor 26,1
persen).
· sebelumnya Rp12,1 juta.
|
2007
|
· Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007
meningkat sebesar 19,91 persen terhadap tahun 2006, terjadi pada semua
sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor
pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor
pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDBtanpa migas pada
tahun 2007 mencapai 6,9 persen.
· Besaran PDB Indonesia pada tahun 2007 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 3.957,4 triliun,sedangkan atas dasar harga konstan
(tahun 2000) mencapai Rp 1.964,0 triliun.
· Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV/2007 dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q)menurun sebesar minus 2,1 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2006 (y-on-y) tumbuhsebesar 6,3 persen.
· Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDB digunakan untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga yaitusebesar 63,5 persen, konsumsi
pemerintah 8,3 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi
fisik24,9 persen serta ekspor neto 4,1 persen (ekspor 29,4 persen dan
impor 25,3 persen).
· Semua komponen PDB penggunaan mengalami pertumbuhan pada
tahun 2007, dengan pertumbuhantertinggi pada pembentukan modal tetap
bruto sebesar 9,2 persen, diikuti oleh ekspor 8,0 persen,konsumsi rumah
tangga 5,0 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 3,9 persen, serta
impor sebesar8,9 persen.
· Sumber utama pertumbuhan ekonomi 6,3 persen adalah ekspor
3,8 persen, diikuti konsumsi rumahtangga2,9 persen, pembentukan modal
tetap bruto 2,0 persen, konsumsi pemerintah 0,3 persen serta impor
3,3persen.
|
2008
|
· Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008
meningkat sebesar 18,31 persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua
sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan
komunikasi 16,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan
penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008
mencapai 6,5 persen.
· Besaran PDB Indonesia pada tahun 2008 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp4.954,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan
(tahun 2000) mencapai Rp2.082,1 triliun.
· Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2008 dibandingkan dengan triwulan III-2008 (q-to-q) menurun sebesar minus 3,6 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,2 persen.
· Dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi
rumah tangga sebesar 61,0 persen, konsumsi pemerintah 8,4 persen,
pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik 27,7 persen, ekspor
29,8 persen dan impor 28,6 persen.
· sebesar 4,2 persen.
|
2009
|
· Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009
meningkat sebesar 25,26 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua
sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 15,5 persen dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009
mencapai 4,9 persen.
· Besaran PDB Indonesia pada tahun 2009 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp5.613,4 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan
(tahun 2000) mencapai Rp2.177,0 triliun.
· Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2009
dibandingkan dengan triwulan III-2009 (q-to-q) menurun sebesar 2,4
persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (y-on-y) tumbuh
sebesar 5,4 persen.
· Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4,5 persen, terjadi
pada pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 15,7 persen, diikuti oleh
pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,9 persen, dan pembentukan modal
tetap bruto 3,3 persen. Sedangkan komponen ekspor tumbuh minus 9,7
persen, dan impor minus 15,0 persen.
· Pada tahun 2009, dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk
memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 58,6 persen, konsumsi pemerintah
9,6 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik
31,1 persen dan ekspor 24,1 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari
impor sebesar 21,3 persen.
|
2010
|
· Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010
meningkat sebesar 13,24 persen terhadap tahun 2009, terjadi pada semua
sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian 2,9 persen.
Sementara pertumbuhan PDB tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen.
· Besaran PDB Indonesia tahun 2010 atas dasar harga berlaku
mencapai Rp6.422,9 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun
2000) mencapai Rp2.310,7 triliun.
· Secara triwulanan, PDB Indonesia Triwulan IV-2010
dibandingkan dengan Triwulan III-2010 (q-to-q) menurun sebesar 1,4
persen, tapi bila dibandingkan dengan Triwulan IV-2009 (y-on-y) tumbuh
sebesar 6,9 persen.
· Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 menurut sisi penggunaan
terjadi pada komponen ekspor sebesar 14,9 persen, diikuti pembentukan
modal tetap bruto (PMTB) 8,5 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga
4,6 persen, dan pengeluaran konsumsi pemerintah 0,3 persen. Sedangkan
komponen impor sebagai faktor pengurang mengalami pertumbuhan tertinggi,
yaitu sebesar 17,3 persen.
|
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa angka indeks memiliki peran yang besar
terhadap perhitungan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan hasil pertumbuhan ekonomi negara Indonesia dari tahun 2002-2011.
Melalui perhitungan angka indeks kita dapat mengetahui dan mengukur
secara kuantitatif terjadinya perubahan dalam dua atau lebih waktu yang
berlainan, seperti halnya pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
Pertumbuhan negara Indonesia selama tahun 2002-2011 secara garis besar
mengalami peningkatan. Hal tersebut didorong oleh faktor-faktor PDB
masyarakat, ekspor-impor, sektor penambangan, sektor pengangkutan dan
komunikasi dan lain-lain. Berdasarkan perhitungan angka indeks di atas,
pertumbuhan ekonomi negara setiap tahunnya berbeda-beda dan hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagaimana yang telah disebut di atas.
Berikut adalah pertumbuhan ekonomi dari tahun 2002-2011, yaitu sebesar
16,30%; 8,02%; 27,03%; 11,11%; 22,52%; 19,91%; 18,31%; 25,26%; 13,24%;
6,09%
Saran
Saran saya melalui pembuatan jurnal ilmiah ini adalah diharapkan para
pembaca dapat mengembangkan lebih lagi teori-teori perhitungan angka
indeks, baik yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi ataupun bidang
lainnya, serta menyarankan agar para pembaca dapat menerapkan
teori-teori perhitungan angka indeks ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Harianti, M. Asni, M. Sienly Veronica, Nur, Santy Setiawan, Dini Iskandar. 2011. Statistika 1. Bandung : Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar