Pada umumnya
perusahaan menjual hasil produksinya secara kredit, kemudian melahirkan
piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas. Hubungan antara
piutang dengan kas adalah sebagai berikut :
Kas Persediaan Barang Jadi Piutang Kas
Besarnya
investasi dalam piutang ditentukan oleh: (1)volume penjualan kredit,
(2)syarat pembayaran kredit, makin longgar atau makin lunak syarat
kredit makin besar piutang dagang, (3)kemampuan mengumpulakan atau
menagih piutang, (4)karakter pengutang atau debitur.
Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada: (1)character, yaitu karakter para manajemen perusahaan pengutang, (2)capacity, yaitu kemampuannya atau kesanggupan membayar perusahaan pengutang, (3)capital, yaitu kondisi posisi keuangan perusahaan pengutang,(4)collateral, yaitu harta perusahaan pengutang yang dijadikan jaminan,(5)condition,
yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis. Tetapi sebenarnya
pemberian kredit dalam dunia bisnis adalah kepercayaan. Jika perusahaan
kehilangan kepercayaan dari partner bisnisnya, ia kehilangna kesempatan
berbisnis.
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Piutang
sebagai unsure modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat
perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran
piutang (receivable turnover)
dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit
dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi perputaran piutang
menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection
period of accounts receivable).
Misalnya
PT ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2000 sebesar Rp 200
dan tahun 2001 sebesar Rp 180; piutang awal tahun 2001 Rp 40 dan akhir
tahun Rp 60, sedangkan piutang awal tahun 2001 Rp 50 dan akhir tahun Rp
30. Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan
dalam tabel :
Tabel Perputaran Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang
Keterangan
|
Tahun 2000
|
Tahun 2001
|
Penjualan Bersih
Piutang Awal Tahun
Piutang Akhir Tahun
Rata-rata Piutang (Average Receivable)
(Rp 40 + Rp 60) / 2
(Rp 50 + Rp 30) / 2
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
(Rp 200 / Rp 50)
(Rp 180 / Rp 40)
Rata-rata Pengumpulan Piutang
(Average Collection Period)
(Rp 200 / 4)
(Rp 180 / 6)
|
Rp 200
Rp 40
Rp 60
Rp 50
4 kali
50 hari
|
Rp 180
Rp 50
Rp 30
Rp 40
6 kali
30 hari
|
Hari
Rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin
buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang
tinggi sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang
rendah dan sebaliknya.
Cara
lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan
piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT ABC memiliki
nilai penjualan per tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari,
dengan ketentuan, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal
penjualan, diberikan potongan tunai 2 %, model ini lazim disebut 2/10,
net 30. Dari jumlah tersebut, 60 % dibayar dalam waktu 10 hari, dan
sisanya dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi tersebut dapat
dihitung :
1) Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) = 18 hari.
2) Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360 hari kerja: (Rp 180 / 360) = Rp 0,50
3)
Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu
Penagihan X Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 0,50) = Rp 9.
4) Perputaran Piutang = (Penjualan / Piutang) = (Rp 180 / Rp 9) = 20X
5) Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) = 18 hari.
Manajer
keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah
rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui
kedua unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan
piutang.
2. Pengendalian Piutang
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging schedule of receivables),
di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang yang segera
dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui pengutang
atau debitur yang baik dan yang buruk.
Mengelola
arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian keuangan
karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan
pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau
kredit dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas
masuk cepat. Untuk mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer
keuangan harus menyusun anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan
untuk mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin buruk
kondisi perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang
tunai (kas).
Contoh
skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel di bawah ini , yang
terdiri PT ABC dan PT ABK. Syarat kredit kedua perusahaan tersebut
adalah 2/10/net 30.
Tabel Skedul Umur Piutang (Agimg Schedule of Receivable)
Umur Piutang
|
PT ABC
|
PT ABK
|
||
Nilai
Piutang
|
% Dari Total
Nilai Piutang
|
Nilai
Piutang
|
% Dari Total
Nilai Piutang
|
|
0-10
11-30
31-45
46-60
di atas 60
Total
|
640
160
0
0
0
800
|
80%
20%
100%
|
400
160
120
80
40
800
|
50%
20%
15%
10%
5%
100%
|
PT
ABC lebih baik daripada PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat
waktu 80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30.
Sedangkan PT ABK pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan
perjanjian kredit, 30% yaitu (15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar
lewat 30 hari dari jatuh tempo. Perusahaan yang baik seyogianya
mengikuti manajemen piutang PT ABC seperti ilustrasi di atas.
Manajer
keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur
piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan
kedua unsur itu untuk mengetahui efektifitas bagian penagihan
menjalankan tugasnya. Jika jangka waktu penagihan makin panjang dan
rasio umur piutang yang melewati jatuh tempo makin besar, maka harus
diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan kredit.
3. Anggaran Pengumpulan Piutang
Pada
umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan kredit.
Kondisi yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal, PT ABC
mempunyai penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp
300. Syarat pembayaran ditetapkan 3/20/net 30, 70% pelanggan membayar 20
hari setelah bulan penjualan, 20% pelanggan membayar 10 hari terakhir
bulan kesatu sesudah bulan penjualan, dan 10% pelanggan membayar bulan
kedua setelah bulan penjualan. Berdasarkan informasi tersebut aggaran
pengumpulan piutang dapat disajikan pada tbel 11.3. Rincian perhitungan
piutang bulan Februari, Maret, April,adalah sebagai berikut :
Bulan Februari:
o Pengumpulan piutang bulan Februari 70% X Rp 100 = Rp 70 dikurangi potongan tunai 3% X Rp 70 = Rp 2,10 = Rp 67,90.
o 20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 100 = Rp 20.
o Jadi dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp 20 = Rp 87,90
Bulan Maret:
o Piutang atas penjualan bulan Januari 10% X Rp 100 = Rp 10
o Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 200 = Rp 140, dikurangi 3% X Rp 140 = Rp 4,20 = Rp 135,80
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 200 = Rp 40
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp 135,80 + Rp 40 = Rp 185,80
Bulan April:
o Piutang atas penjualan bulan Februari 10% X Rp 200 = Rp 20
o Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 300 = Rp 210, dikurangi 3% X Rp 210 = Rp 6,30 = Rp 203,70
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 300 = Rp 60
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp 203,70 + Rp 60 = Rp 283,70
4. Kebijakan Kredit (Credit Policy)
Keberhasilan
perusahaan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kualitas produk,
harga yang kompetitif, distribusi yang cepat, promosi, pelayanan purna
jual, kebijakan kredit, dan lain-lain. Berikut ini disajikan contoh
kasus:
Kasus
PT Lesmana: kebijkan lama: potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai
dengan 7 hari (3/7).Rata-rata Pengumpulan piutang 30 hari, pembeli yang
memanfaatkan potongan tunai 15%, piutang tak tertagih (bad debt) 2% dari
penjualan kredit (credit sales). Penjualan selama satu tahun 1.500 @ Rp 5, VC Rp 2,3, biaya modal diperhitungkan 22% per tahun.
Kebijakan baru: perjanjian kredit penjualan (term of sales)
adalah 4/15, potongan tunai 4% bagi yang melakukan pembayaran sampai
dengan 15 hari. Rata-rata pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan
potongan tunai bertambah menjadi 25% dan penjualan meningkat 20%,
tambahan tenaga penjual 3 orang dengan gaji per bulan Rp1,7 per bulan
per orang, piutang tak tertagih (bad debt) 3%. Apakah perusahaan
mempertahankan kebijakan lama atau baru? Solusi kasus PT Lesmana
tersebut dapat disajikan dalam tabel 11.4.
Keterangan :
o *Marjin kontribusi = [1 – (2,3 / 5)] = 54%
o Perhitungan Laba (rugi) atas kebijakan baru:
o Tambahan marjin kontribusi = (Rp 4.860 – Rp 4.050) = Rp 810,00
o Tambahan biaya modal = (Rp 75,9 – Rp 53,7625) = (Rp 22,14)
o Tambahan piutang tak tertagih = (Rp 202,5 – Rp 127,5) = (Rp 75,00)
o Tambahan potongan tunai = (Rp 90 – Rp 33,75) = (Rp 56,25)
o Gaji tenaga penjual = (Rp 61,20)
o Tambahan Laba = Rp 595,41
Kesimpulan :
Kebijakan baru adalah layak dijalankan karena ada tambahan laba sebesar Rp 595,41.
Tabel Solusi Kasus PT Lesmana
Keterangan
|
Kebijakan Lama
|
Kebijakan Baru
|
Penjualan
Piutang
Tunai
Perputaran (Turnover)
Rata-rata Piutang
Investasi pada
piutang
Biaya Modal
Piutang Tak Tertagih
(bad debt)
Potongan Tunai
(cash discount)
Marjin Kontribusi*
Gaji tenaga penjual
|
Rp 7.500
85% X 7.500 =
Rp 6.375
Rp 1.125
360/30 = 12X
Rp 6.375/12 =
Rp 531,25
46% X Rp 531,25 =
Rp 244,375
22% X Rp 244,375 =
Rp 53,7625
2% X Rp 6.375 =
Rp 127,5
3% X Rp 1.125 =
Rp 33,75
54% X Rp 7.500 =
Rp 4.050
|
(1+20%)(7.500) = Rp 9.000
75% X 9.000 = Rp 6.750
Rp 2.250
360/40 = 9X
Rp 6.750/9 = Rp 750
46% X Rp 750 = Rp 345
22% X Rp 345 = Rp 75,9
3% X Rp 6.750 = Rp 202,5
4% X Rp 2.250 = Rp 90
54% X Rp 9.000 =Rp 4.860
3 X 12 X Rp 1,7 = Rp 61,2
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar