Halaman

Kamis, 14 Juni 2012

MANAJEMEN PIUTANG

Pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara kredit, kemudian melahirkan piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas. Hubungan antara piutang dengan kas adalah sebagai berikut :



Kas                     Persediaan Barang Jadi                               Piutang                          Kas

Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh: (1)volume penjualan kredit, (2)syarat pembayaran kredit, makin longgar atau makin lunak syarat kredit makin besar piutang dagang, (3)kemampuan mengumpulakan atau menagih piutang, (4)karakter pengutang atau debitur.

Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada: (1)character, yaitu karakter para manajemen perusahaan pengutang, (2)capacity, yaitu kemampuannya atau kesanggupan membayar perusahaan pengutang, (3)capital, yaitu kondisi posisi keuangan perusahaan pengutang,(4)collateral, yaitu harta perusahaan pengutang yang dijadikan jaminan,(5)condition, yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis. Tetapi sebenarnya pemberian kredit dalam dunia bisnis adalah kepercayaan. Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari partner bisnisnya, ia kehilangna kesempatan berbisnis.




1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)


Piutang sebagai unsure modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period of accounts receivable).

Misalnya PT ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2000 sebesar Rp 200 dan tahun 2001 sebesar Rp 180; piutang awal tahun 2001 Rp 40 dan akhir tahun Rp 60, sedangkan piutang awal tahun 2001 Rp 50 dan akhir tahun Rp 30. Perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel :



Tabel Perputaran Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang


Keterangan
Tahun 2000
Tahun 2001
Penjualan Bersih
Piutang Awal Tahun
Piutang Akhir Tahun
Rata-rata Piutang (Average Receivable)
(Rp 40 + Rp 60) / 2
(Rp 50 + Rp 30) / 2
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
(Rp 200 / Rp 50)
(Rp 180 / Rp 40)
Rata-rata Pengumpulan Piutang
(Average Collection Period)
(Rp 200 / 4)
(Rp 180 / 6)
Rp  200
Rp    40
Rp    60

Rp    50


4 kali



50 hari
Rp  180
Rp    50
Rp    30

Rp    40


6 kali



30 hari


Hari Rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah dan sebaliknya.


Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT ABC memiliki nilai penjualan per tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal penjualan, diberikan potongan tunai 2 %, model ini lazim  disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut, 60 % dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya  dalam waktu 30 hari. Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung :

1)       Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO) atau Periode Penagihan Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) = 18 hari.
2)       Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360 hari kerja: (Rp 180 / 360) = Rp 0,50
3)       Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari X Rp 0,50) = Rp 9.
4)       Perputaran Piutang  = (Penjualan / Piutang) = (Rp 180 / Rp 9) = 20X
5)       Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) = 18 hari.



Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang.


2. Pengendalian Piutang


Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang yang segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui pengutang atau debitur yang baik dan yang buruk.


Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian keuangan karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau kredit dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas masuk cepat. Untuk mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer keuangan harus menyusun anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan untuk mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).

Contoh skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel di bawah ini , yang terdiri PT ABC dan PT ABK. Syarat kredit kedua perusahaan tersebut adalah 2/10/net 30.


Tabel  Skedul Umur Piutang (Agimg Schedule of Receivable)


Umur Piutang
PT ABC
PT ABK
Nilai
Piutang
% Dari Total
Nilai Piutang
Nilai
Piutang
% Dari Total
Nilai Piutang
0-10
11-30
31-45
46-60
di atas 60
Total

640
160
0
0
0
800
80%
20%



100%
400
160
120
80
40
800
50%
20%
15%
10%
5%
100%


PT ABC lebih baik daripada PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat waktu 80% pada hari ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan PT ABK pelanggannya tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30% yaitu (15% + 10% + 5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo. Perusahaan yang baik seyogianya mengikuti manajemen piutang PT ABC seperti ilustrasi di atas.


Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu penagihan dan skedul umur piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan syarat kredit dan kedua unsur itu untuk mengetahui efektifitas bagian penagihan menjalankan tugasnya. Jika jangka waktu penagihan makin panjang dan rasio umur piutang yang melewati jatuh tempo makin besar, maka harus diadakan peninjauan kembali kebijakan penjualan kredit.






3. Anggaran Pengumpulan Piutang

Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan kredit. Kondisi yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal, PT ABC mempunyai penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp 300. Syarat pembayaran ditetapkan 3/20/net 30, 70% pelanggan membayar 20 hari setelah bulan penjualan, 20% pelanggan membayar 10 hari terakhir bulan kesatu sesudah bulan penjualan, dan 10% pelanggan membayar bulan kedua setelah bulan penjualan. Berdasarkan informasi tersebut aggaran pengumpulan piutang dapat disajikan pada tbel 11.3. Rincian perhitungan piutang bulan Februari, Maret, April,adalah sebagai berikut :

Bulan Februari:
o   Pengumpulan piutang bulan Februari 70% X Rp 100 = Rp 70 dikurangi potongan tunai 3% X Rp 70 = Rp 2,10 = Rp 67,90.
o   20% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 100 = Rp 20.
o   Jadi dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp  20 = Rp 87,90

Bulan Maret:
o   Piutang atas penjualan bulan Januari 10% X Rp 100 = Rp 10
o   Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X  Rp 200 = Rp 140, dikurangi 3% X Rp 140 = Rp 4,20 = Rp 135,80
o   Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 200 = Rp 40
o   Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp 135,80 + Rp 40 = Rp 185,80

Bulan April:
o   Piutang atas penjualan bulan Februari 10% X Rp 200 = Rp 20
o   Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 300 = Rp 210, dikurangi 3% X Rp 210 = Rp 6,30 = Rp 203,70
o   Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 300 = Rp 60
o   Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp 203,70 + Rp 60 = Rp 283,70


4. Kebijakan Kredit (Credit Policy)
Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh banyak faktor antara lain kualitas produk, harga yang kompetitif, distribusi yang cepat, promosi, pelayanan purna jual, kebijakan kredit, dan lain-lain. Berikut ini disajikan contoh kasus:

Kasus PT Lesmana: kebijkan lama: potongan tunai 3% untuk pembayaran sampai dengan 7 hari (3/7).Rata-rata Pengumpulan piutang 30 hari, pembeli yang memanfaatkan potongan tunai 15%, piutang tak tertagih (bad debt) 2% dari penjualan kredit (credit sales). Penjualan selama satu tahun 1.500 @ Rp 5, VC Rp 2,3, biaya modal diperhitungkan 22% per tahun.

Kebijakan baru: perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15, potongan tunai 4% bagi yang melakukan pembayaran sampai dengan 15 hari. Rata-rata pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan potongan tunai bertambah menjadi 25% dan penjualan meningkat 20%, tambahan tenaga penjual 3 orang dengan gaji per bulan Rp1,7 per bulan per orang, piutang tak tertagih (bad debt) 3%. Apakah perusahaan mempertahankan kebijakan lama atau baru? Solusi kasus PT Lesmana tersebut dapat disajikan dalam tabel 11.4.


Keterangan :

o *Marjin kontribusi = [1 – (2,3 / 5)] = 54%
o Perhitungan Laba (rugi) atas kebijakan baru:
o Tambahan marjin kontribusi = (Rp 4.860 – Rp 4.050) = Rp 810,00
o Tambahan biaya modal = (Rp 75,9 – Rp 53,7625) = (Rp 22,14)
o Tambahan piutang tak tertagih = (Rp 202,5 – Rp 127,5) = (Rp 75,00)
o Tambahan potongan tunai = (Rp 90 – Rp 33,75) = (Rp 56,25)
o Gaji tenaga penjual = (Rp 61,20)
o Tambahan Laba = Rp 595,41

Kesimpulan :
Kebijakan baru adalah layak dijalankan karena ada tambahan laba sebesar Rp 595,41.


Tabel Solusi Kasus PT Lesmana
Keterangan
Kebijakan Lama
Kebijakan Baru
Penjualan
Piutang

Tunai
Perputaran (Turnover)
Rata-rata Piutang

Investasi pada
piutang
Biaya Modal

Piutang Tak Tertagih
(bad debt)
Potongan Tunai
(cash discount)
Marjin Kontribusi*

Gaji tenaga penjual
Rp 7.500
85% X 7.500 =
Rp 6.375
Rp 1.125
360/30 = 12X
Rp 6.375/12 =
Rp 531,25
46% X Rp 531,25 =
Rp 244,375
22% X Rp 244,375 =
Rp 53,7625
2% X Rp 6.375 =
Rp 127,5
3% X Rp 1.125 =
Rp 33,75
54% X Rp 7.500 =
Rp 4.050
(1+20%)(7.500) = Rp 9.000
75% X 9.000 = Rp 6.750

Rp 2.250
360/40  = 9X
Rp 6.750/9 = Rp 750

46% X Rp 750 = Rp 345

22% X Rp 345 = Rp 75,9

3% X Rp 6.750 = Rp 202,5

4% X Rp 2.250 = Rp 90

54% X Rp 9.000 =Rp 4.860

3 X 12 X Rp 1,7 = Rp 61,2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar