A. RISIKO BISNIS
Dalam dunia
bisnis ada dalil klasik yakni menanggung risiko yang sekecil-kecilnya
untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya. Kenyataannya bagi kaum
kapiltalis adalah : (1) enggan menananggung risiko atau berupaya
memperkecil risiko. (2) mengharapkan hasil-hasil sebesar-besarnya. Dalil
klasik itu tidak pernah terjadi, sebab resiko berhubungan dengan hasil;
makin kecil resiko makin kecil hasil dan makin besar resiko makin besar
hasil.
Kondisi eknomi
merupakan factor utama yang menentukan hasil dan risiko investasi.
Kondisi ekonomi resesi (buruk) pada umumnya semua investasi mendapatkan
hasil negative; kondisi ekonomi normal mendapatkan hasil positif normal;
kondisi eknonomi baik mendapatkan hasil sangat positif. Untuk mengukur
hasil dan risiko pada umumnya digunakan konsep probabilitas. Distribusi
probabilitas menunjukkan probabilitas terjadinya masing-masing hasil
yang mungkin tercapai, dengan mengasumsikan bahwa kita melakukan
investasi tertentu dalam kondisi ekonomi tertentu atau pada tempat dan
waktu tertentu.
B. UKURAN HASIL DAN RISIKO
Ukuran hasil
dapat dinyatakan dengan hasil yang diharapkan (expected return) dan
hasil yang diperlukan (required return). Hasil yang diharapkan ialah
rata-rata hasil atau lazim disebut hasil normal. Sedangkan hasil yang
diperlukan ialah hasil yang disesuaikan dengan :
1) Tingkat hasil bebas risiko (suku bunga deposito Bank Sentral)
2) Premi risiko pasar (hasil pasar bursa dikurangi hasil bebas risiko)
3) Keefesiensi beta (covariasi hasil pasar dengan hasil investasi perusahaan tertentu dibagi varian hasil pasar)
Sedangkan ukuran risiko yang lazim dipakai adalah :
1) Deviasi standar atas hasil
2) Keefisiensi variasi
3) Koefisien beta
C. DEVIASI STANDAR
Risiko investasi pada umumnya diukur dengan deviasi standar dari hasil yang diharapkan. Variabel yang terlibat
- σa = deviasi standar hasil investasi proyek A
- Ps = probabilitas kondisi ekonomi
- Ra = hasil atas inevstasi pada proyek A
- ERa = hasil diharapkan (expected return) proyek A
D. KOEFISIEN VARIASI
Untuk menilai setiap investasi pada anak perusahaan lazim digunakan koefisien variasi (CVj).
Hal itu disebabkan karena kesulitan memilih investasi atas dasar hasil
yang diharapkan dan risiko dengan menggunakan deviasi standar.
Contoh Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko
Harta
|
Hasil diharapkan
|
Standar deviasi
|
Koefisien variasi
|
G
H I |
0,12
0,20
0,15
|
0,10
0,22
0,10
|
0,83
1,10
0,67
|
Sumber : Weston dan Brigham, Manajemen Keuangan (1981:79), edisi ketujuh Bahasa Indonesia, jilid 1.
Jika standar
deviasi yang digunakan sebagai ukuran risiko investasi secara individu,
maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan dengan membagi standar
deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan koefisien
variasi, maka investor akan memilik proyek 1 karena koefisien variasinya
paling kecil dibanding proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan bahwa
investor hakikatnya adalah mencari risiko yang paling kecil, atau
menghindari risiko.
E. KOEFISIEN BETA
Koefisien beta
adalah ukuran risiko yang didasarkan hubungan hasil proyek investasi
tertentu dengan hasil pasar yang dibagi dengan varian pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar