Halaman

Jumat, 20 April 2012

NATIONAL INCOM,E

1. Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk, tdan Pendapatan per Kapita
Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi, tetapi jumlah penduduk juga besar, maka pendapatan per kapitanya akan rendah. Sebaliknya, walaupun pendapatan nasional rendah, tetapi jumlah penduduk kecil, pendapatan per kapitanya mungkin tinggi. Jadi, tinggi rendahnya pendapatan per kapita dipengaruhi oleh jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk.
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya jumlah pendapatan nasional, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita adalah tiga aspek yang saling berhubungan. Untuk memperjelas apa yang diuraikan di atas, perhatikan daftar PDB per kapita beberapa negara pada Peraga 8.3. Pada Peraga 8.3 dapat diketahui bahwa pendapatan nasional yang tinggi tidak menjamin pendapatan per kapita akan tinggi pula. Dari daftar itu dapat dilihat bahwa naik-turunnya penduduk dan jumlah pendapatan nasional akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita. Untuk menaikkan pendapatan per kapita, sebuah negara harus menaikkan pendapatan nasional dan memperkecil laju pertumbuhan penduduk.
2. Perbandingan Pendapatan per Kapita
Setiap negara di dunia secara terus-menerus meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang ingin juga meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Karena Indonesia merupakan negara agraris, maka pembangunan di Indonesia lebih dititikberatkan pada sektor pertanian. Selain itu, secara berencana diusahakan pula pembangunan perekonomian di sektor industri. Di sektor industri, banyak usaha yang dilakukan, antara lain dengan mengadakan deregulasi agar sektor industri semakin cepat berkembang. Berbagai usaha ini telah banyak membuahkan hasil dan terbukti dari peningkatan pendapatan per kapita Indonesia.
Selanjutnya, marilah kita lihat Peraga 8.4! Bagaimana posisi A pendapatan per kapita Indonesia di antara negara-negara ASEAN lainnya?
Dengan memperhatikan Peraga 8.4 dapatlah disimpulkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang rendah pendapatan per kapitanya di antara sesama negara ASEAN. Pendapatan
per kapita Indonesia sangat rendah jika dibandinglcan dengan pendapatan per kapita Singapura. Jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Kamboja, Bangladesh, India, dan Pakistan, pendapatan per kapita Indonesia memang masih berada di atas. Namun, jika dibandingkan dengan Cina, maka pendapatan per kapita Indonesia masih lebih kecil. Perhatikan pengelompokan yang dilakukan Bank Dunia atas negara-negara di dunia berdasarkan pendapatan per kapitanya! Menurut Bank Dunia, negara-negara di dunia ini dibagi atas empat kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Kelompok negara berpendapatan rendah (low income economies). Termasuk dalam kelompok ini adalah negara yang memiliki pendapatan per kapita <_$675.
b. Kelompok negara yang berpendapatan menengah bawah (lower middle income economies).
Termasuk dalam kelompok ini adalah negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita antara $675 - $2.695.
a. Kelompok negara yang berpendapatan rnenengah tinggi (upper middle economies).
Termasuk dalam kelampok ini adalah negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita antara $2.696 - $8:335- -
b. Kelompok negara yang berpendapatan tinggi (high income economies).
Termasuk dalam kelompok ini adalah negara¬negara yang memiliki pendapatan per kapita > $8.356.
Melihat klasifikasi yang dikeluarkan Bank Dunia itu, maka dengan pendapatan per kapita sebesar $1.184, Indonesia termasuk ke dalam negara yang berpendapatan menengah bawah. Peringkat itu akan berubah sesuai dengan perkembangan keberhasilan ekonomi suatu negara. Tidak tertutup kemungkinan bahwa pada waktu yang akan-datang Indonesia termasuk negara berpendapatan tinggi.
Perbedaan antara pendapatan nasional dengam pendapatan per kapita terletak pada objek yang dianalisis. Jika pendapatan nasional menganalisis pendapatan dari suatu negara secara keseluruhan, maka pendapatan per kapita hanya menganalisis pendapatan dari suatu individu di dalam suatu negara.
Pada bab ini kamu akan mempelajari lebih lanjut mengenai masalah pendapatan nasional dan pendapatan per kapita. Mulai dari pengertian, konsep yang terkait, cara penghitungan, sampai dengan kegunaan dari penghitungan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita. Secara garis besar, pembahasan dalam bab ini dirangkum dalam peta konsep berikut:
A. PEMBAGIAN ILMU EKONOMI BERDASARKAN RUANG LINGKUPNYA
Di bawah ini akan dibahas beberapa konsep yang berhubungan dengan pendapatan nasional.
1. Produk Domestak Bruto (Gross Domestic Product = GDP)
Istilah lain dari pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pendapatan nasional atau PDB diartikan sebagai total nilai' barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai pasar.
Di Indonesia, PDB dapat dihitung dari dua sisi pendekatan, yaitu sektoral dan penggunaan. Dari pendekatan sektoral, PDB merupakan total nilai tambah dari seluruh sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan, restoran; dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa jasa: Sedangkan, dari pendekatan penggunaan, PDB merupakan total nilai dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor neto.
2. Produk Nasional Sruto (Gross National Product = GNP)
Dewasa ini hubungan antarbangsa semakin maju. Demikian pula dalam hal berusaha. Banyak penduduk negara lain yang mempunyai- usaha di Indonesia. Sebaliknya, banyak juga orang Indonesia yang mempunyai usaha di negara lain: Laba dari perusahaan asing di Indonesia menjadi milik negara asalnya, sehingga jumlah ini harus dikeluarkan dari produk domestik bruto. Sebaliknya, laba dari perusahaan orang Indonesia yang ada di luar negeri adalah milik warga negara Indonesia, sehingga jumlah ini harus ditambahkan pada produk nasional bruto Indonesia. Selisih antara laba perusahaan penanaman modal asing di Indonesia dengan laba perusahaan penduduk Indonesia di luar negeri disebut pendapatan neto terhadap luar negeri. Produk domestik bruto digabung dengan pendapatan neto terhadap luar negeri adalah Produk Nasional BrutoJPNB (Gross National Product). Jadi, pada PNB hanya dihitung total output warga negara saja.
3. Produk Nasional Neto (Net National Product = NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) didapat dari produk nasional bruto dikurangi dengaji penyusutan dan barang pengganti modal. Jika ditulis dalam rumus, NNP = GNP - (penyusutan + barang pengganti modal)
4. Pendapatan Nasional Neto (Net National Income = N1VI)
Pendapatan nasional neto adalah produk nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung dan ditambah dengan subsidi: Jika ditulis dalam rumus, NNI = NNP - pajak tidak langsung + subsidi1ero10119ar! _ _`il f\` asona
5. Pendapatan Perorangan (Personal Income = PI)
Pendapatan Perorangan (Personal Income) adalah jumlah seluruh penerimaan yang benar-benar sampai di tangan masyarakat: Tidak semua pendapatan sampai ke tangan masyarakat karena masih dikurangi dengan laba yang ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan sosial, pajak perseroan, dan ditambah dengan pembayaran pinjaman (transfer payment). Jika ditulis dalam rumus, PI = NNI + transfer payment - (laba ditahan + iuran asutransi + iuran jaminan sosial + pajak perseroan)
6. Pendapatan Disposabel/Setelaln Pajak
(Disposable Income) :
Pendapatan Disposabel (Disposable Income) adalah pendapatan perorangan setelah dikuraxigi dengan pajak penghasilan. Jika ditulis dalam rumus, Disposable Income = Personal Income - Pajak Penghasilan
7. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
PDRB adalah jumlah keseluruhan dari nilai tambah bruto yang berhasil diciptakan oleh seluruh kegiatan ekonomi yang berada. pada suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Misal, PDRB DKI Jakarta, PDRB Jawa Tengah, dan PDRB Sumatera Barat.
Uji penguasaan Materi
B. METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendapatan nasional merupakan total dari nilai akhir barang dan jasa. Mengapa yang dihitung nilai akhirnya? Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya penghitungan ganda (double counting). Misalnya, hargaa,s satu unit mobil adalah Rp2oo.o00.000,00. Pada harga tersebut sudah terkandung biaya produksi sebesar, misalnya, Rpi5o juta. Biaya produksi tersebut mungkin saja mengalir atau menjadi pendapatan bagi pabrik ban, pabrik baja, dan sebagainya, yang menyediakan bahan baku bagi pembuatan mobil. Namun, di dalam pendapatan yang diterima para pemasok tersebut tentulah sudah terkandung unsur biaya produksi dan laba. Dengan demikian, berapakah pendapatan-nasional jika kita anggap perekonomian terdiri dari `pabrik mobil, pabrik ban, pabrik baja, dan konsurnen? Untuk mengetahuinya, kita dapat menggunakan pendekatan pendapatan, pendekatan produksi, dan pendekatan pengeiuaran.
1. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan di mana pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor produksi yang . memberi sumbangan terhadap proses produksi. Dalam hal ini, pendapatan nasional didapat dari:penjumlahan_kompensasz untuk pekerja, keuntungam perusahaan, pendapatan usaha perorangan, pendapatan sewa, dan bunga neto.
a. Kompensasi untuk pekerja (compensation for employees)
Pekerja mendapat upah dan gaji serta penerimaan lain seperti pemberian tunjangan pensiun, jaminan sosial, dan pendapatan lainnya.
b. Keuntungan perusahaan (corporate profits)
Keurituiigari perusahaan merupakan pendapatan yang dihasilkan suatu perusahaan karena mengelola sumber daya yang dirriilikinya. Keuntungan perusahaan tersebut ada yang digunakan untuk membayar pajak, membayar dividen, dan ada pula yang berupa laba yang ditahan untuk pengembangan perusahaan lebih lanjut.
c. Pendapatan usaha perorangan (sole proprietor's income) `
Pendapatan usaha perorangan merupakan pendapatan yang diterima dari penggunaan tenaga kerja dan hasil usaha perorangan seperti petani. Dengan kata lain, pendapatan usaha perseorangan adalah pendapatan dari usaha perorangan, kongsi, dan bentuk kerja sama individu di bidang produksi.
d. Pendapatan sewa (rental income of person)
Pendapatan sewa merupakan balas jasa yang diberikan pada pemilik sumber daya yang digunakan untuk kegiatan ekonomi. Sewa usaha real estate, hak paten, hak cipta, serta hak atas sumber daya alam termasuk contohnya.
e. Sunga neto (net interest)
Bunga yang dimaksud di sini adalah bunga yang dibayar oleh perusahaan dikurangi dengan bunga yang diterima oleh perusahaan, ditambah bunga neto yang diterima dari luar negeri. Bunga yang dibayar oleh pemerintah (pusat dan daerah) dan oleh konsumen tidak termasuk di dalamnya, sebab bunga yang dibayar oleh pemerintah dan konsumen tidak menunjukkan peningkatan pendapatan dari produksi secara langsung.
Secara matematis, pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut.
NI = Yw + Yr + Yi + Yp
Di mana :
NI = Pendapatan Nasional (National Income)
Yw = Pendapatan dari upah, gaji, dan pendapatan lainnya sebelum pajak .
Yr = Pendapatan bersih dari sewa (rental income) Yi = Pendapatan dari bunga
Yi = pendapatan dari bunga
Yp = Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha perorangan:
Pendapatan nasional yang diperoleh dari hasil penjumlahan pendapatan berbagai faktor produksi ini dinamakan pendapatan nasional atas dasar pendapatan faktor (national income as factor income) atau pendapatan nasional atas dasar biaya produksi (national income as factor cost).
2. Pendekatan Produksi
Penghitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi diperoIeh dengan cara menjumlahkan nilai tambah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor di dalam perekonomian. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah ,selisih antara nilai out put dan nilai input antara. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh pada Peraga 8.1!
Berdasarkan Peraga 8.1, nilai pendapatan nasional adalah jumlah nilai tambah dari setiap produksi, yaitu sebesar 3.525.
3. Pendekatan Pengeluaran
Pada pendekatan pengeluaran, pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai dari keseluruh permintaan akhir (final demaad) atas output yang dihasilkan di dal am perekonomian yang diukur pada harga pasar yang berlaku. Atau dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional adalah penjumlahan nilai pasar dari pengeluaran sektor rumah tangga untuk barang konsumsi dan jasa (G), pengeluaran sektor bisnis untuk barang investasi (I), tabungan rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan (S), pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk ekspor dan impor (X-11). Tabungan memiliki nilai yang sama dengan investasi, karena tabungan rurnah tangga, perusahaan, dan pemerintah mengalir pada investasi: Penghitungan tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y=C+I+G+(X-M) atau
Y=C+I+G+ Y=C+S+ G+(X-M)
Di mana :
Y = Pendapatan nasional (GDP/PDB)
C = Nilai pasar pengeluaran konsumsi barang dan jasa oleh rumah tangga
I = Nilai pasar pengeluaran investasi barang modal
S = Nilai pasar tabungan rumah tangga, pemerintah, dan perusahan
G = Nilai pasar pengeIuaran, pemerintah untuk barang dan jasa (pemerintah pusat, daerah tihgkat I dan II)¬
X = Nilai pasar pengeluaran barang dan jasa yang diekspor
M = Nilai pasar pengeluaran untuk barang dan jasa yang diimpor
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah total nilai pasar. dari barang dan jasa`yang dybeIi oleh rumah tangga dan instansi¬instansi nirlaba (non-profit institution).
b. Pengeluaran investasi (I)
Pengeluaran investasi atau pembentukan modal tetap domestik bruto (gross private domestic investment) adalah total nilai pasar dari pembelian bangunan-bangunan yang barn dan peralatan¬peralatan ditambah nilai perubahan dalam volume persediaan.
c. Tabungan (S)
Tabungan rumah tangga dan perusahaan dapat berupa, misalnya, simpanan di bank (deposito). Tabungan pemerintah dapat berupa cadangan devisa yang dikelola oleh Bank Indonesia. Tabungan luar negeri dapat berupa pemilikan saham perusahaan nasional atau obligasi pemerintah di luar negeri.
d. Pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (G)
Pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (government purchases of goods and services) mencakup berbagai pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah tingkat I dan II. Pengeluaran ini di antaranya dapat berupa pembelian persenjataan untuk pertahanan, membayar gaji pegawai, pengeluaran untuk pembangunan, perbaikan jalan, atau biaya pendidikan.
e. Ekspor netto (X-M)
Ekspor neto (net export) adalah nilai pasar ekspor barang dan jasa (X) dikurangi dengan nilai pasar impor barang dan jasa (M). Sebagai contah, ada empat produsen dalam perekonomian, _ yaitu produsen baja, produsen barang-barang modal (mesin) yang digunakan dalam industri mobil, produsen ban, dan produsen mobil yang menjual mobil kepada konsumen akhir (rumah tangga): Lihat Peraga $.2!
Misalkan, produsen baja memproduksi baja senilai Rp8o juta. Sebagian dari baja tersebut, yaitu Rp2o juta, dijual kepada produsen mesin. Sisanya Rp6o juta dijual kepada produsen mobil. Untuk produsen.baja, yang menambang sendiri biji besi untuk bahan baku pembuatan baja, nilai tambah yang mereka hasilkan adalah sama dengan nilai baja tersebut, yaitu Rp80 juta. Karena Rp8o juta merupakan nilai tambah bagi produsen baja, maka jumlah ini dicantumkan pada kolom Pendekatan Produksi (5), yaitu baris i dan 2. Nilai tambah Rp8o juta yang dihasilkan oleh produsen baja selanjutnya akan mengalir ke rumah tangga konsumen atau rumah tangga produsen (dalam hal ini perusahaan baja). Untuk rumah tangga konsumen pendapatan itu berupa gaji atau upah, sedangkan untuk rumah tangga produsen pendapatannya berupa laba atau keuntungan.
Perhatikan bahwa dua baris pertama dari kolom Pendekatan Pengeluaran (6) masih kosong. Hal ini disebabkan oleh sifat dari produk yang dibeli oleh produsen mesin dan -produsen mobil dari
produsen baja. Biji besi yang dibeli produsen mesin (dalam hal ini, mesin baja) dan produsen mobil dari produsen baja merupakan produk antara, yaitu bahan baku untuk membuat mesin mobil. Sementara itu, menurut pendekatan pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran untuk pembelian produk akhir.
Melanjutkan ilustrasi pada Peraga 8.2, misalkan bahwa produsen mengolah baja yang dibelinya menjadi mesin yang dijual kepada produsen mobil dengan harga Rp. 4o juta. Nilai tambah yang dihasiikan oleh produsen mesin adalah Rp4o juta dikurangi Rp2o juta (harga pembelian) atau sama dengan Rp. 2o juta. Nilai tambah ini akan mengalir ke rumah tangga konsumen atau rumah tangga produsen dalam bentuk gaji atau laba usaha: Oleh karena itu, pada baris ketiga dari kolorn Pendekatan Produksi dan kolom Pendekatan pendapatan dicantumkan Rp. 2o juta:
Mesin yang dibeli produsen -mobil dari produsen mesim merupakan produk yang dikonsumsi atau digunakan untuk membuat mobil: Bukan untuk diolah dan dijual kembali. Jadi, mesin tersebut adalah produk akhir. Oleh :karena itu, pengeluaran Rp4o juta untuk membeli mesin dicantumkan pada kolam Pendekatan Pengeluaran (oleh produsen mobil) - baris ketiga.
Di lain pihak, produsen baja menjual ban kepada produsen mobil dengan harga Rpio juta (dalam hal ini produsen ban memiliki perkebunan karet, sehingga produsen ban tidak membeli karet dari pihak lain). Jumlah ini akan mengalir ke rumah tangga atau perusahaan dalam bentuk gaji atau laba. Oleh karena itu, jumlah yang sama dicantumkan dalam kolom Pendekatan Produksi dan kolom Pendekatan Pendapatap: Kolom Pendekatan Pengeluaran kosong karena ban merupakan produk antara yang akan dijual kembali oleh produsen mobil.
Akhirnya, produsen mobil menjual mobilnya kepada konsumen dengan harga Rp. loo juta. Karena biaya produksi mobil tersebut Rp7o juta, yaitu jumlah yang dikeluarkan untuk membeli baja
Rp. 6o juta ditambah membeli ban Rplo juta, berarti produsen mobil menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 3o juta. Nilai tambah sebesar Rp3o juta tersebut akan mengalir ke rumah tangga atau produsen dalam bentuk gaji atau laba. Di lain pihak, jika mobil yang dibeli oleh konsumen (rumah tangga) ditujukan untuk dikonsumsi atau digunakan sebagai produk akhir, maka harga mobil Rp. loo juta akan dihitung sebagai pengeluaran konsumen. Jumlah ini muncul pada kolom Pendekatan Pengeluaran.
Perhatikan kolom (4). Jika pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai seluruh transaksi yang terjadi, maka pendapatan nasional akan berlebih sebesar Rp. 9o juta (dari Rp. 23o juta dikurangi Rp. 14o juta). Ini terjadi karena adanya penghitungan ganda dalam perekonomian. Misalnya, harga baja Rp. 6o juta dan harga ban Rp. 1o juta juga ikut dihitung sementara harga tersebut sudali dimasukkan ke dalam harga mobil Rpioo juta.
Perhatikan juga bahwa jumlah dari kolom (5), kolom (6), dan kolom (7) adalah sama-sama Rp.14o juta. Artinya, pendekatan manapun yang digunakan dalam penghitungan pendapatan nasional, hasilnya akan sama.
Uji Penguasaan Materi
Suatu pendekatan di mana pendapatn nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan akhir atas output yang dihasilkan di dalam perekoomian pada harga pasar yang berlaku di sebut.........
C. PENDAPATAN PER KAPITA
Pendapatan per kapita merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk rnengukur tingkat kesejahteraan suatu riasyarakat. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang diukur dengan menggunakan indikator pendapatan per kapita mengandung beberapa kelemahan karena hanya memberi indikator rata-rata. Contoh, ada dua negara yaitu negara A dengan pendapatan per kapita US$r.2oo dan negara B dengan pepdapatan per kapita US$1.8o0. Pertanyaannya, apakah penduduk di negara B lebih makmur dari negara A? Jawabnya, belum tentu! Mungkin saja pada negara B sebagian besar pendapatannya hanya merupakan pendapatan rata-rata dari 20 pengusaha kaya dan masyarakat hanya me rupakan buruh dari dua puluh usahawan tersebut. Sedangkan pada negara A pendapatan per kapita itu benar-benar milik semua masyarakat Misalkan saja bahwa pendapatan ersebut terbentuk dari usaha industri rumah tangga yang dijalanan oleh sebagian besar penduduk negara A:
Contoh dua negara A dan B tersebut menggambarkan pentingnya pendistribusian pendapatan nasional dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat negara. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pendistribusian pendapatan nasional An terjadi, akan dibahas terlebih dahulu arti pendapatan per kapita dan kegunaan perhitungan.
3. Pengertian dan Kegunaan Pendapatan per Kaplta
c. Pengertian Pendapatan per Kapita
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara. Variabel yang digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita adalah Produk Domestik Bruto (pendapatan nasional) dan jumlah penduduk: Secara matematis, rumus penghitungan pendapatan per kapita adalah sebagai berikut :
Produk Domestik Bruto (PDB)
Pendapatan per Kapita =
Jumlah Penduduk
d. Kegunaan Perhitungan Pendapatan per Kapita
Sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat lcemakmuran penduduk suatu negara, pendapatan per kapita dihitung secara berkala (periodik), biasanya satu tahun. Manfaat dari penghitungan pendapatan perkapita antara lain adalah sebagai berikut.
(1) Untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun. Dari tabel yang dikeluarkan BPS dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita Indonesia naik secara perlahan dari tahun ke tahun. Pendapatan per kapita Indonesia tahun 1996 adalah sebesar Rp2.lo2.000,00. Namun, pada tahun 1999, pendapatan per kapita Indonesia turun menjadi Rpi.76iao8,5o. Hal ini diakibatkan karena krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda Indonesia sejak tahun 1997.
(2) Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu negara dengan negara lain_ Dari pendapatan per kapita masing-masing negara dapat dilihat tingkat kesejahteraan tiap negara. Pada daftar pendapatan per kapita di Peraga 8:3 terlihat bahwa pendapatan Singapura US$29.97o dan Indonesia US$1.184. Dari daftar itu terlihat bahwa pendapatan per kapita Singapura 26 kali lebih besar daripada pendapatan per kapita Indonesia. Data itu tidak salah karena tingkat kesejahteraan rakyat Singapura jauh lebih tinggi daripada kesejahteraan rakyat Indonesia.
(3) Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu negara dengan negara lainnya. Dengan mengambil dasar pendapatan per kapita dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan apakah pendapatan per kapita suatu negara rendah (bawah), sedang, atau tinggi. Menurut data yang dikemukakan Bank Dunia, Indonesia saat ini berpendapatan menengah bawah.
(4) Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mehgambil langkah di bidang ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar