Makalah Tentang Kepemimpinan
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social
yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi
dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah
tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok
haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan &
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan
yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi
kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik
& mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu
mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin
manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit.
Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik.
2.2 RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
Bagaimana
hakikat menjadi seorang pemimpin?
Adakah
teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
Apa
& bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
Apa
& bagaimana menjadi pemimpin sejati?
Bagaimana
hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
3.3 TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
Melatih mahasiswa
menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas
mahasiswa.
Agar mahasiswa lebih
memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan
kearifan lokal.
4.4 METODE
PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis
menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak
hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke
warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih
praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data-data
tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.
5.5 RUANG
LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis
miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai
kepemimpinan dan kearifan lokal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HAKIKAT
KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga,
organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan
pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki
hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin
adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum,
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin
pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah
orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari
berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang
baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya
mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Menurut Davis
and Filley,
Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang
yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
Sedangakn menurut
Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Ing Madya Mangun
Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi
pada orang-orang yang dibimbingnya.
Tut Wuri Handayani :
Pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di
depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya
sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu
banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin
adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang
baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
pap yang diinginkan pihak lainnya.”The
art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing
obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish
the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan
menggerakkan orang-orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas-Field
Manual 22-100.
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi
pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni
mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top
Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.
2.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya
kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.
Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat
itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi
di atas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang
dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan
teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat
dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan
dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang
lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia
untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan
harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan
bawahan.
Teori
Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran
yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa
teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang
positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment,
berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain
gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa
saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang
berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa
manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga
keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja
dan dapat mengarahkan diri sendiri.
Kendali
Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung-jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang
diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai
orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli
menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan
apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para
pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka
untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak
selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel
pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini
fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota
( Leader-member rolations), struktur
tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan
atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan,
variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi
pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional
dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi
pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif
dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst),
masing-masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan
sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya
terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan
kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan-aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi
juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya
dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik-teknik
yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda.
Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang-bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran-saran
mereka mengenai peningkatan kinerja.
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila
staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita
dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan
kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin
berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang
disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah-tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh
adanya perilaku staf/individu yang berbeda-beda), maka untuk mencapai
efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu
disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang
perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Kemampuan
analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Kemampuan
untuk fleksibel (flexibility atau
adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat
berdasarkan analisa terhadap situasi.
Kemampuan
berkomunikasi (communication skills)
yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang
kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab
seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information
processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama
meliputi :
Peran
Figurehead Sebagai
simbol dari organisasi
Leader Berinteraksi dengan bawahan,
memotivasi dan mengembangkannya
Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan
menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran
kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
Monitior Memimpin rapat dengan bawahan,
mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
Disseminator
Menyampaikan
informasi, nilai-nilai baru dan fakta kepada bawahan.
Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi
kepada orang-orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri
dari 4 peran yaitu :
Enterpreneur
Mendesain perubahan
dan pengembangan dalam organisasi.
Disturbance
Handler Mampu
mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
Resources
Allocator Mengawasi
alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan,
memprogram tugas-tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
Negotiator Melakukan perundingan dan tawar-menawar.
Dalam perspektif
yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin
yang disebut dengan 3A, yakni :
Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan
tujuan individunya.
Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan
tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja
untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin.
Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin
dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu
kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka
makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan
pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan
orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain
dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah,
karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun
masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan
diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
2.3
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat
fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah
sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan
hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari
hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter
Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita.
Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan
karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam dan kemudian bergerak
keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter
dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh
rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang
mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas
sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada
sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki
hati yang melayani,yaitu tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani
kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk
kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik yang
dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan
mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam
kelomponya. Hal ini sejalan
dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin
sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya,
karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber
daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat
mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa
tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin
yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya.
Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian
da harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin
yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan
pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya.
Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun
tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh
pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode Kepemimpinan
Kepala Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak
pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut
dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul
Can Leadership Be Taught, dibahas
bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga
melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam
metode kepemimpinan, yaitu :
Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya
atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai
keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully
than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong
terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator
perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan
menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang
atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi,
kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah
organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam
mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi,
yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak
hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang
yang dipimpinnya (performance coach).
Artinya dia memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan
anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau
sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari-hari
seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak
buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin
yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku
maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku
seorang pemimpin, yaitu :
Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh-sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup
dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk
senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan
diperbuatnya.
Pemimpin
focus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating) dirinya
terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard
yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu
tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu
penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin-pemimpin
yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah
pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang
memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu
memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi
diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
2.4
KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi
hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership
from the inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya
tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah
sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang
untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t think you have to be waering stars
on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who want to raise his hand
can be a leader any time”, dikatakan dengan lugas oleh General Ronal
Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak
berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin.
Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain
waktu.
Sering kali seorang pemimpin
sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan
ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan
bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang
pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini
adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya.
Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada
kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan
hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson
Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari
negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama
penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan
dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau
memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh
penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam
hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter
adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam,
tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang
kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang
jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan
yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
Q
berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual, EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
Q leader
berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas (quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Q leader
berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).
Q
keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang
yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau
qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q
berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa
untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q
dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
Perubahan
karakter dari dalam diri (character change).
Visi yang
jelas (clear vision).
Kemampuan
atau kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk
senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan
kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan, dll) maupun dalam
hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode
kepemimpinan). Seperti yang
dikatakan oleh John Maxwell, ” The only
way that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing,
somebody else takes the leadership baton. That is way it always it.”
Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
2.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit
local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian,
keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan
penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah )
tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang
(harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan
terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah
boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan
memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah
yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap
masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat
setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai
tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai
tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah
ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur
lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong-gorong
bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah
melakukan sosialisasi terkait pembangunan gorong-gorong. Camat Kuta secara
langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta
pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007
BAB III
PENUTUP
III.1
KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).
3.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa
kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu
dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang
sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun
kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika
pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin
kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar