Halaman

Jumat, 27 April 2012

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Setelah laporan keuangan disiapkan oleh bagian accounting, maka bagian keuangan akan menganalisisnya. Analisis laporan keuangan ini bermaksud untuk mengetahui performance perusahaan, memprediksi kegiatan masa yang akan datang dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Untuk menilai prestasi dan kondisi suatu perusahaan, analisis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering dipergunakan adalah ratio.

            Dalam analisis ratio meliputi perhitungan dan interprestasi ratio-ratio keuangan dalam rangka untuk mengetahui performance perusahaan.

1.   Metode perbandingan ratio keuangan perusahaan: Ada tiga metode untuk perbandingan ratio keuangan, yaitu:

a.      Time series analisys, membandingkan ratio keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode

b.      Cross sectional analisys, membandingkan ratio-ratio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis yang kira-kira sama ukurannya, atau dengan rata-rata industry pada saat yang sama

c.       Kombinasi, yaitu kombinasi dari Time series analisys dan Cross sectional analisys.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis dengan menggunakan ratio keuangan:

a.   Sebuah ratio keuangan saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan kegiatan operasitional yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseuruhan sejumlah ratio harus dinilai secara bersama-sama. Jika ingin menilai satu aspek, maka dapat dipakai satu atau dua ratio keuangan

b.   Laporan keuangan yang diperbandingkan sebaiknya mempunyai periode yang sama. Perbandingan yang dilakukan harus dengan perusahaan sejenis

c.    Lebih baik menggunakan laporan keuangan yang sudah diperiksa public accounting. Dengan menggunakan ini maka akan diperoleh hasil yang akurat

d.   Data keuangan yang digunakan sebaiknya disusun dengan menggunakan metode yang sama

e.   Tingkat inflasi harus diperhatikan ketika melakukan perbandingan. 

Pengelompokan ratio keuangan

1.   Ratio Liquiditas; ratio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Ratio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca;

2.   Ratio Leverage (Debt Ratio); ratio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dibelanjai dengan hutang. Ratio ini dihitung berdasarkan data dari laporan keuangan neraca

3.   Ratio Aktivitas; Ratio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. Ratio ini dihitung berdasarkan data dari laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi

4.   Ratio Profitabilitas; ratio ini untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Ratio ini dihitung berdasarkan data dari laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

Perhitungan dan keterangan ratio keuangan bagi PT. Desya Tahun 20B:

I. Ratio Liquiditas, dapat dihitung dengan empat ratio:

1. Net Working Capital/NWC (Modal Kerja Bersih).

Ratio NWC mengukur liquiditas perusahaan yang dihitung dari harta lancar dikurangi denga kewajiban lancar. Meskipun NWC tidak benar-benar merupakan ratio, namun NWC biasa digunakan untuk mengukur liquiditas secara menyeluruh. NWC tidak berguna jika digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan lain, tetapi lebih tepat untuk pengendalian internal. apabila perusahaan bermaksud untuk mencari pinjaman jangka panjang, maka kreditur menetapkan beberapa persyaratan antara lain jumlah minimum modal kerja bersih yang harus tetap dipertahankan. Ini dimaksudkan untuk memaksa perusahaan agar tetap mempertahankan jumlah liquiditasnya pada tingkat tertentu serta menjamin pinjaman perusahaan. Semakin besar jumlah modal kerja bersih, semakin besar pula tingkat liquiditasnya.

NWC                           = Harta Lancar/HL – Hutang Lancar/HL

2.   Current Ratio; Ratio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Current Ratio, merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

            Current Assets (AL)

Current Ratio =

            Current Liabilities(HL)

3.   Quick Ratio/Acid Test Ratio, merupakan perbandingan antara (aktiva lancar dikurangi persediaan) dibagi dengan hutang lancar. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah bahwa rekening persediaan merupakan rekening aktiva lancar yang paling tidak liquid.



Current Assets (AL) – Inventory (Persediaan)

Quick Ratio    =

                                                      Current Liabilities (HL)

4.   Cash Ratio; ratio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya dengan menggunakan uang kas atau yang setara dengan kas

Cash + Marketable securities/Laba ditahan

Cash Ratio =

Current Liabilities (HL)

II. Ratio Leverage/ratio hutang (Debt Ratio) Solvabilitas.

Implementasinya:

a.   Para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri, yang merupakan dana yang diberikan oleh pemilik perusahaan, untuk melihat atas keamanan para pemberi kredit. Semakin besar pinjaman semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tidak mampu membayar bunga serta pokok pinjaman;

b.   Dengan menggunakan hutang, pemilik mendapatkan yaitu mendapatkan dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan;

c.    Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban bunga atas proporsi dana yang dibelanjai dengan pinjaman, maka keuntungan pemilik modal sendiri menjadi makin besar;

d.   Pembayaran bunga kepada para kreditur atas modal yang dipinjam perusahaan harus didahulukan sebelum laba dapat dibagikan kepada para pemegang saham. 

Ratio Leverage/debt ratio dapat dihitung melalui empat ratio sebagai berikut:

1.   Total Hutang dengan Total Aktiva; Ratio ini mengukur prosentase penggunaan dana yang berasal dari kreditur. Kreditur lebih menyenangi ratio hutang yang rendah, karena semakin rendah ratio hutang semakin besar perlindungan yang diperoleh kreditur.

Total Debt (Total Hutang)

Ratio Hutang/Debt Ratio =

Total Assets (Total Aktiva)

2.   Times Interest Earned/ perbandingan perusahaan untuk pembayaran bunga; ratio ini untuk mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa menyulitkan perusahaan, karena perusahaan tidak mampu membayar beban bunga tahunan.

Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)

Times Interest Earned PT. Desya =  

   Interest Charge (Beban bunga)

3.   Debt Equity Ratio (DER); ratio ini menunjukkan hubungan antara jumlah kawajiban jangka panjang dengan jumlah modal sendiri.

Total Debt (Total Hutang)

Debt Equity Ratio =

Total Equity (Modal Sendiri)

4.   Fixed-Payment Coverage Ratio atau Fixed Charge Coverage Ratio (ratio Penutupan beban tetap.

EBIT + Interest Charge (Beban Bunga) + Lease Obligation (Biaya Sewa)

FPC/FCC =

Interest Charge (Beban Bunga) + Lease Obligation (Biaya Sewa)

III. Ratio Aktivitas. Ratio ini dimaksud untuk mengukur kecepatan dari setiap rekening dikonversikan menjadi penjualan atau kas atau seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Terdapat lima ratio aktivitas:

1.   Perputaran persediaan/Inventory Turnover:

                                   Cost of Goods Sold (HPP)

Inventory Turnover Ratio (at cost) =

                    Average Inventory (Penagihan Persediaan)

                                  Sales

Inventory Turnover Ratio (at market) =

                        Inventory (Persediaan)

Ratio perputaran persediaan mengukur efisiensi penggelolaan persediaan barang dagang. Ratio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperhatikan seberapa baik manajemen dalam melakukan pengontrolan modal yang ada pada persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam analisis perputaran persediaan. Pertama penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at cost), maka sebenarnya ratio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan, sedangkan ratio yang menghitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas. Namun banyak lembaga peneliti ratio keuangan yang menggunakan ratio perputaran persediaan (at market), sehingga ingin diperbandingkan dengan ratio industry, ratio perputaran persediaan (at market) ini sebaiknya digunakan.

Kedua penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran sesaat. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan persediaan, yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua, dalam hal bisnis bersifat sangat musiman atau terdapat tren penjualan naik dan turun yang tajam sepanjang tahun. Dan ini perlu diadakan penyesuaian.

Misalkan perputaran persediaan rata-rata industry adalah 6.6 kali, maka perputaran persediaan PT. Desya baik. Ini berarti perusahaan lebih efisien dalam menggunakan dana yang tertanam pada persediaan. Meskipun demikian hendaknya diingat bahwa tinggi tingkat perputaran persediaan dapat disebabkan karena rendahnya persediaan. Jika persediaan terlalu rendah, ada kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan.

Rata-rata umur persediaan = 365/perputaran persediaan

Umur rata-rata persediaan PT. Desya = 365/7.2 = 50 hari

Semakin pendek umur rata-rata persediaan berarti semakin aktif persediaan tersebut. Umur rata-rata persediaan dapat dianggap sebagai jumlah hari sejak pembelian bahan mentah sampai dengan penjualan produk akhir. Misalnya umur rata-rata persediaan rata-rata industry adalah 60 hari, maka umur rata-rata persediaan bagi PT. Desya dikatakan bagus.

2.   Periode Penagihan Rata-Rata Piutang/Average Collection Period (a)

Ratio ini menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan sejak perusahaan melakukan penjualan sampai dengan perusahaan menerima pembayaran tunai. Ratio ini dimaksudkan untuk mengukur aktivitas dari piutang.

          Receivables (Piutang)

Average Collection Period =

Sales Per Day (Penjualan per hari)

Piutang

Rata-rata periode penagihan piutang =

      Penjualan/360

Untuk menilai baik tidaknya ratio ini, sebaiknya dibandingkan dengan syarat penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan. Seandainya syarat penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah kredit 45 hari, berarti rata-rata periode pengumpulan piutang sudah tidak sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Perusahaan harus mengintensifkan penagihan piutang.

Tingkat perputaran hutang dagang (b)

Pengukuran tingkat perputaran hutang dagang sama dengan pengukuran perputaran piutang. Perhitungan ratio ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali hutang dagang perusahaan dalam setahun. Perhitungan bagi PT. Desya, seandainya diketahui jumlah pembelian setahun 1462.

    Hutang dagang

Tingkat perputaran hutang dagang =

   Pembelian per hari

      Hutang dagang

 Tingkat perputaran hutang dagang =

      Pembelian/360

Misalnya jangka waktu kredit yang ditetapkan oleh pemasok adalah 66 hari, maka dapat dikatakan bahwa tingkat perputaran hutang dagang perusahaan tidak baik. Hal ini berarti lebih dari jangka waktu yang ditetapkan oleh pemasok. Jika dibiarkan terus menerus, maka akan mengurangi kepercayaan dari pemasok kepada perusahaan.

3.   Perputaran Aktiva Tetap/Fixed Asset Turnover

Perputaran aktiva tetap mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap untuk menghasilkan penjualan. Perhitungan sebagai berikut:

                Sales (Pejualan)

 Fixed Asset Turnover =

Net Fixed Assets (Aktiva Tetap Bersih)

Misalkan rata-rata perputaran aktiva tetap industry sebesar 1.1 kali berarti ratio pada PT. Desya  baik.

4.   Perputaran Total Aktiva/ total assets turnover

Perputaran aktiva ini mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Ratio ini mengindikasikan efisiensi pemanfaatan seluruh aktiva untuk menghasilkan penjualan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

               Sales (Pejualan)

Total Assets Turnover =

   Total Assets (Total Aktiva Bersih)

Misalnya rata-rata perputaran aktiva industry sebesar 0.75 kali, berarti ratio pada PT Desya baik.

5.   Ratio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover); modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Ratio ini tujuannya untuk mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Ratio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam dollar) yang dapat diperoleh perusahaan tiap Dollar sebagai modal kerja.

Sales (Penjualan)

Working Capital Turnover =

Net Working Capital



IV. Ratio Profitabilitas.

A.  Common-size Income Statements

Yaitu mengevaluasi tingkat keuntungan dalam hubungannya dengan penjualan. Ada tiga pengukuran profitabilitas, yaitu:

-    Gross Profit Margin

-    Operating Profit Margin

-    Net Profit Margin

1.   Gross profit margin merupakan prosentase dari laba kotor penjualan dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar GPM semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. GPM dapat dihitung dengan:

Sales (Penjualan) – Cost of Goods Sold (HPP)  

GPM =

                    Sales (Penjualan)                         

2.   Operating Profit Margin. Ratio menggambarkan apa yang sering di sebut profit yang sesungguh-nya/murni yang diterima untuk tiap dollar dari hasil penjualan yang dilakukan. Disebut “murni” dalam pengertian bahwa jumlah tersebut yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan biaya bunga dan pajak penghasilan.





EBIT

OPM =

  Sales (Penjualan)

3.   NPM. Ini merupakan ratio laba setelah pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, berarti semakin baik operasi perusahaan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Net Income (EAT)

NPM =

   Sales (Penjualan)

            Dan menggunakan juga analisis laba dasar (Basic Earning Power) atau untuk mengetahui rentabilitas ekonomis:

     EBIT

BEP      =

Total Assets

Daya dasar laba mencoba untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumberdayanya, yang menunjukkan rentabilitas ekonomis perusahaan.

Margin 11%; Net Profit Margin 6.4%; maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas PT. Desya dilihat dari ketiga ukuran tersebut di atas baik. Karena semua berada diatas rata-rata industry.

B.   Cross-Section. Yaitu mengevaluasi tingkat keuntungan dalam hubungannya dengan rekening yang ada di laporan neraca. Terdapat empat pengukuran profitabilitas antara lain:

1.   Return on Total Assets/Return on Investment/ROI. Ratio ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara menyeluruh di dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva.

Laba setelah pajak/EAT

ROI =

      Total Aktiva

Atau

Profit Margin X Turnover of total assets

=          Laba setelah pajak/EAT X Penjualan




       Penjualan                             Total aktiva

= 7.5 X 0.87 = 6.5% (hasilnya tidak sama karena neraca yang tidak sama dengan laporan laba-rugi)!!!!

2.   Return on Equity/ROE. Adalah perbandingan antara setelah pajak dengan modal sendiri. Ini merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.

Laba setelah pajak/EAT

ROE =

  Modal sendiri

3.   Earnings Per Share (EPS) atau Pendapatan per lembar saham biasa. EPS menggambarkan jumlah dollar yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik pada EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indicator keberhasilan suatu perusahaan. Perhitungan EPS sebagai berikut:





Pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa

EPS =

Jumlah saham biasa yang beredar

Ini menggambarkan bahwa pendapatan per lembar saham biasa adalah 2900 jumlah EPS belum tentu didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapa jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan deviden.

Price.Earning (P/E) Ratio. Ratio ini merupakan perbandingan antara harga pasar saham biasa dengan EPS. Jika harga per lembar saham biasa PT. Desya adalah US$ 32250 maka perhitungan (P/E) ratio sebagai berikut:

Harga pasar per lembar saham biasa

(P/E) Ratio =

EPS

Hal ini mengindikasikan bahwa para investor akan dibayar 11.120 untuk tiap US$ 1 pendapatan.

Apabila diketahui data rata-rata industry sebagai berikut: ROI 4.8%, ROE 8%, EPS = 2250, P/E ratio = 11.120 maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas PT Desya dilihat dari keempat ukuran diatas baik/kurang baik, karena dari rata-rata diatas ada yang diatas industry ada juga yang dibawah industry.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar