Makalah Aktiva Tetap Berwujud
Adalah aktiva-kativa yang berwujud yang
sifatnya relatif permanaen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal
isitlah realtif permanent menunjukkan sifat di mana aktiva yang bersangkutan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh
suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan,
mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-macam
aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai
berikut :
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas
seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan.
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan
apabila sudah habis masa penggunaannya bias diganti dengan aktiva yang sejenis
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan
apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang
sejenis
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran
yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran
untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode
akutansi pengeluaran-pengeluaran.
b. Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran
untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi
yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran seperti ini dicatat
dalam rekening biaya
Prinsip Penilaian Aktiva Tetap Berwujud
Adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu
aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam
kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.
Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud
Untuk menentukan besarnya harga perolehan
suatu aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang
terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena
jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah
khusus yang akan dibicarakan berikut ini :
Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai
tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu
tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi
jangka jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen
seperti :
a. Harga beli
b. Komisi pembelian
c. Bea balik nama
d. Biaya penelitian tanah
e. Iuran-iuran
(pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
f. Biaya merobohkan bangunan lama
g. Biaya perataan tanah pembersihan dan
pembagian
h. Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian
pada waktu pembelian tanah
Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian,
harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang
dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :
a. Harga beli
b. Biaya
Perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c. Komisi pembelian
d. Bea balik nama
e. Pajak-Pajak yang menjadi tanggungan
pembeli pada waktu pembelian
Mesin dan alat-alat
Yang merupakan harga perolehan meisn dan
alat-alat adalah
a. Harga beli
b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. Biaya angkut
d. Asuransi selama dalam perjalanan
e. Biaya pemasangan
f. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa
percobaan mesin
Alat-Alat
Kerja
Alat-alat kerja yang
dimiliki bias berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan
Pattern dan
dies atau Cetakan-Cetakan
Cetakan-cetakan yang
dipakai untuk peroduksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening aktiva
tetap dan didepresiasi selam umur ekonomisnya
Perabotan
dan Alat-Alat Kantor
Pembelian atau
pembuatan alat-alat harus dipisahkan-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi,
penjulaan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat dibebankan pada
maisng-masing fungsi tersebut.
Kendaraan
Seperti halnya
perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap fungsi
yang berbeda
Tempat
Barang yang Dapat Dikembalikan
Adalah barang-barang
yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual
Cara – Cara
Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat
diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan
mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga
perolehan :
Pembelian
Tunai
Aktiva tetap
berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan
Pembelian
secara gabungan
Harga perolehan dari
setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang
bersangkutan
Perolehan
Melalui Pertukaran
Ditukar
dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang
diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat
dalam buku sebesar harga pasar saha atau obligasi yang digunakan sebagai
penukar
Ditukar
dengan aktiva tetap yang lain
Banyak pembelian
aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut “tukar
tambah”. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru ada dua
jenis pertukaran yaitu :
a. Pertukaran
aktiva tetap yang tidak sejenis
b. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari
pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh
termasuk bunga.
Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah
atau donasi, pencatatannya bias dilakukan menyimpang dari prinsip harga
perolehan
Aktiva yang Dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva
tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan aktiva
ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih diam
Biaya –
Biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva
Aktiva tetap yang
dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran
yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran
tersebut dapat dikelompokan menjadi :
Reparasi dan
Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat
merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya cukup
besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi selah beberapa
than, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan
dirasakan dalam beberapa periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar
dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode
yang menerima manfaat
Penggantian
Adalah biaya yang
dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang
baru yang tipenya sama.
Perbaikan
Adalah penggantian
suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar.
Penambahan
Adalah memperbesar
atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan
ruang parker dan lain-lain
Penyusunan
Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam penyusunan kebali aktiva atau perubahan route produksi atau
untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat
penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka
harus di kapitalisasi
Memberhentian
Aktiva
Aktiva tetap bisa
dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, maupun karena rusak.
Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakian maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan.
Asuransi
Kebakaran
Perusaahan biasanya
mengasuransikan harta benda terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena
kebakaran. Perjanjian asuransi ini dinyatakan dalam polis. Perusahan asuransi
akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran, maksimum sebesar jumlah
pertanggungan yang dinyatakan dalam polis
Asuransi
Bersama
Syarat asuransi
bersama adalah syarat menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan
(dipertanggung jawabkan) dengan jumlah yanglebih rendah dari pada suatu
persentase tertentu dari pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran,
maka perusahan yang mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran
sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari
harga pasar harta tersebut
Jumlah kerugian yang
akan diganti oleh perusahaan asuransi adalah yang paling rendah dari jumlah
berikut :
a. jumlah yang
dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara asuransi
bersama
b. jumlah pertanggungan dalam polis
c. jumlah kerugian yang sebenarnya
Polis Gabungan
Apabila perusahaan mengasuransikan
beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu akan menunjukkan syarat
alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat
terjadinya kebakaran
Pencatatan Asuransi Kebakaran
Apabila terjadi kebakaran atas harta yang
diasuransikan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadakan pencatatan
akuntansinya adalah sebagai berikut :
a. Menyusun
kembali catatan-catatan yang terbakar
b. Menyesuaikan
buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat kejadiannya
kebakaran
c. Menentukan nilai buku aktiva yang
terbakar
d. Membebankan nilai buku aktiva yang
terbakar dan biaya-biaya yant timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian
kebakaran
e. Menetukan
jumlah yang diterima dari perusahaan asuransi
f. Rekening
kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah ini dan jumlah yang diterima dari
penjualan aktiva yang terbakar
g. Menutup
saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi. Saldo ini menunjukkan rugi atau
laba dari kebakaran
MAKALAH INFLASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti telah diketahui,
secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga
(barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Data mengenai
perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan barang dan jasa secara
komponen pembentuk PDB (deflator PDB),
cakupan barang dan jasa yang diperdagangkan antara produsen dengan pedagang
besar atau antar pedagang besar (Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB), ataupun
cakupan barang dan jasa yang dijual secara eceran dan dikonsumsi oleh sebagian
besar masyarakat (Indeks Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara
penghitungan inflasi didasarkan pada perubahan indeks pada periode tertentu
dengan indeks periode sebelumnya. Sebagai contoh, laju inflasi bulanan dihitung
dari perubahan indeks bulan ini dari indeks bulan sebelumnya, sementara inflasi
tahunan dihitung dari indeks pada bulan yang sama dari tahun sebelumnya.
Dengan diberlakukannya UU
No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada mulanya
menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapinya untuk yahun yang
bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks harga
konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari kenaikan harga-harga yang
disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan (administered prices and income policy).
Sebagai contoh, sasaran inflasi ditetapkan sebesar 3-5%.
Seperti dikemukakan diatas,
penentuan sasaran inflasi dilakukan dengan memperhatikan prospek ekonomi makro
dan karenanya didasarkan pada perkembangan dari proyeksi arah pergerakan
ekonomi kedepan. Hal ini didasrakan pada pertimbangan bahwa terdapat ketidak
sejalanan (trade-off) antara
pencapaian inflasi yang rendah dengan keinginan untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak ingin menargetkan
inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan ekonomi nasional.
Untuk ini dengan menggunakan model-model makroekonomi yang dikembangkan, Bank Indonesia
menganalisis dan memproyeksi beberapa laju pertumbuhan ekonomi kedepannya,
dengan berbagai komponen-komponennya dan komposisinya yang didorong oleh sisi
permintaan dan dari sisi penawaran. Dengan cara ini, dapat diukur kecenderungan
terjadinya kesengajaan antara besarnya permintaan dengan penawaran agregat
(yang diukur dengan output potensial), atau yang sering disebut output gap
‘kesenjangan output’. Besarnya output gap inilah yang diperkirakan akan
menentukan besarnya tekanan terhadap inflasi kedepannya.
Perubahan kewenangan
penetapan sasarn inflasi tersebut diperkirakan tidak akan mengubah secara
mendasar jenis dan besarnya sasaran inflasi. Hal ini mengingat selama ini telah
terjadi koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia,
khususnya dalam penetapan asumsi-asumsi variable ekonomimakro dalam proses
penyusunan APBN yang didalamnya termasuk besarnya laju inflasi ke depan.
Barangkali yang diperlukan adalah pembakuan mekanisme koordinasi yang selama
ini telah terjalin antara pemerintah dan Bank Indonesia. Termasuk didalamnya
adalah mekanisme pengumuman sasaran inflasi oleh pemerintah bersama-sama dengan
Bank Indonesia.
Dengan cara demikian, tidak saja koordinasi dan komitmen antara pemerintah dan
Bank Indonesia
akan semakin tinggi, tetapi juga digunakan publik dalam pencapaian sasaran
inflasi yang ditetapkan juga akan semakin besar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Inflasi
Adalah proses kenaikan
harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa
harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin
dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat
kenaikan harga umum batang secara terus-menerus selama satu periode tertentu.
Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup
besar) bukanlah merupakan inflasi
Kenaikan harga ini diukur dengan
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mngukur inflasi antara lain :
1. Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur
biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh
rumah tangga untuk keperluan hidup.
2. indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat
pedangangan besar.
3. GNP deflator
GNP deflator adalah jenis
indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan
barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam
perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks
di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku)
dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP rill
2.2.Jenis-Jenis Inflasi
A. Jenis
Inflasi Menurut Sifatnya
Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam
satu negara dalam waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju inflasi maka
dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
1. Merayap (creeping inflation)
Ditandai dengan laju inflasi
yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat,
dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.
2. inflasi menengah (galloping inflation)
ditantai dengan kenaikanharga
yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat
akselarasi (harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap
perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation)
3. inflasi tinggi (hyper inflation)
merupakan inflasi yang paling
parah akibatnya harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga
ingin ditukarkan dengan uang sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga
naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak
uang.
B. Jenis Inflasi
Menurut Sebabnya
2. Demand-pull inflation
Inflasi ini bermula dari
adanya kenaikan pemintaan total (agregate
demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja
penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir
kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt
juga menaikkan hasil produksi (output).
3. Cost-push inflation
Berbeda dengan demand-pull
inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini
timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena
beberapa factor diantaranya :
l perjuangan serikat buruh yang berhasil
untuk menuntu kenaikan upah
l Suatu industri yang sifatnya
monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan
harga (yang lebih tinggi).
l
Kenaikan harga bahan baku industri.
C. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga
Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
l
Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang
disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi
oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.
l
Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang
disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga
bahan mentah atau kenaikan upah.
l
Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi
dalam negeri.
2.3. Efek
Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap
Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap
pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap
akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan
tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita
kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.
50.000,00.
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan
ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang
kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang
tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui
efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output
tertentu tersebut.
4. Inflasi dan
Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi
tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus
menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara
lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah
dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi
yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat
kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan
wujud.
5. Inflasi dan
Kemakmuran Masyarakat
Disamping
menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
a) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang
yang berpendapatan tetap.
b) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk
uang.
c) Memperburuk pembagian kekayaan.
2.4. Cara
Mencegah Inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi
timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk
mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus
dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut
kenaikan produksi.
1. Kebijaksanaan
Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang
beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat
terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank
dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman
dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang
dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli
surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan
perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
2. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor
barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung
menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.
2.5. Inflasi dan Pengangguran
Indea tentang adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran itu relatif
baru, kira-kira pada akhir tahun 1950an. Secara sistematik hubungan ini baru
mulai diperkenalkan oleh AW Phillips pada tahun 1958 dari hasil studi lapangan
tentang hubungan antara kenaikan tingkat upah dengan pengangguran di inggris
pada tahun 1861 – 1957.
Kurva yang menunjukkan adanya hubungan negatif ini sering disebut kurva
Phillips (sesuai dengan nama penemunya). Kurva tersebut sejalan dengan keadaan
yang terjadi di Inggris pada periode 1861 – 1957. Tahun di mana tingkat
pengganguran rendah adalah juga tahun dalam mana tingkat kenaikan upah tinggi,
dan sebaliknya tahun dalam mana pengangguran tinggi, tingkat kenaikan upah
rendah.
1) Implikasi Kebijaksanaan
Sampai pada akhir tahun 1950an masalah pokok kebijaksanaan makro ekonomi
adalah mencapai secara serentakkesetabilan harga serta kesempatan kerja yang
tinggi. Namun beberapa pemikiran pada waktu itu meragukan tercapainya kedua tujuan
tersebut secara bersama-sama. Kurva Phillips dapat menjelaskan keadaan pesimis
ini. Kesetabilan harga dan kesempatan kerja yang tinggi adalah dua hal yang
tidak bisa terjadi bersama-sama.
2) Dasar Teori
Kurva Phillips diperoleh semata-mata atas dasar studi empirik, tidak ada
dasar teorinya. Lipsey pada tahun 1960 mencoba untuk mengisi dasar teorinya.
Untuk tujuan ini dia menggunakan sebagai dasar penjelasannya adalah teori pasar
tenaga kerja.
Dengan demikian, natural rate of
unemployment (UN)
merupakan suatu tingkat pengangguran dalam mana terdapat kesetabilan upah (W =
0). Ada beberapa pernyataan Lipsey tentang kurva Phillips dengan menggunakan
teori pasar tenaga kerja menjadi dua yaitu pertama, penawaran dan permintaan
akan tenaga kerja menentukan tingkat upah, kedua tingkat/laju perubahan tingkat
upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan (excess demand) akan tenaga kerja.
3) Perkiraan (Expectation)
Masalah perkiraan atau ekspektasi ini muncul pada pertengahan tahun 1970an
dan merupakan angin segar pada perkembangan ekonomi makro. Adanya trade-off antara inflasi dan unemployment dipertanyakan. Krisis
minyak yang terjadi pada pertengahan tahun 1970an menimbulkan apa yang disebut
stagflasi (stagnasi dan inflasi),
inflasi dan unemployment naik secara bersama-sama.
4) Perkiraan Adaptive (adaptive expectation)
Sebelum pertengahan tahun 1970an teori yang dominan dalam penyusutan
ekspektasi ini adalah adaptive. Menurut teori ini harga yang diperkirakan akan
terjadi (expected price) didasarkan
pada harga yang telah lalu. Apabila harga perkiraan sekarang tidak sama dengan
harga yang betul-betul terjadi (actual
price) saat ini, maka individu akan menggunakan kesalahan dalam perkiraan
ini untuk memperbaiki perkiraannya di masa yang akan datang.
2.6. Kebijakan Pemerintah Dalam Menghadapi Inflasi
1. Kebijaksanaan
Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang
beredar (M). salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat
terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank
dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak
diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua
sifatnya lebih inflatoir dari cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah
mengalihkan bentuk saja dari uang kas ke uang giral
2. Kebijaksanaan
Fiskal
Kebijaksanaan ini menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara lagsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijaksanaan ini yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total. Sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijaksanaan
yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil kenaikan laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk
sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam
negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijaksanaan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil
tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan.
BAB III
PENUTUP
Adapun simpulan dari
penjelasan mengenai Inflasi tersebut di atas adalah :
Dalam
perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, inflasi merupakan masalah
ekonomi yang perlu dihadapi dan diatasi. Dalam system pasar bebas, masalah ini
tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan
apabila masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis
makroekonomi perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan
bentuk-bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
inflasi.
Secara
kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga
dan mengurangi tingkat pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan
pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kebijakan Fiskal
dan Kebijakan Moneter. Alat yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah
mengubah pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya.
Kebijakan moneter dijalankan dengan mempengaruhi kebijakan penawaran uang dan
suku bunga.
Kedua bentuk
kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk
meningkatkan kefektifannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar