Halaman

Jumat, 27 April 2012

MANAGEMENT KEUANGAN INTERNASIONAL


Mata Kuliah                        : MANAGEMENT KEUANGAN INTERNASIONAL

SKS                                      : 3

Mata Kuliah Prasyarat       : Manajemen Keuangan

Dosen                                  : António B. Cárceres





A.      Deskripsi; Mata kuliah ini memberikan pemahaman dan pengertian kepada mahasiswa tentang masalah-masalah perbedaan mata uang, system moneter, inflasi, bisnis global dan peranan MNC, disamping itu kita juga perlu memperhatikan risiko politik yang ada pada suatu negara.

B.      Tujuan; Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang masalah-masalah perbedaan mata uang, system moneter, inflasi, bisnis global dan peranan MNC, disamping itu kita juga perlu memperhatikan risiko politik yang ada pada suatu negara.

C.      Metode Pengajaran; Dalam proses perkuliahan mata kuliah ini dapat disampaikan dalam bentuk tutorial dan latihan soal-soal.

D.     Buku Acuan; Modrajad Kuncoro. 2008 Manajemen Keuangan Internasional Edisi V BPFE Yogyakarta, Donald A. Ball 2007 Buku Lima. Salembah Empat. Suad Husnan. 2003 Manajemen Keuangan Internasional, Teori Dan Penerapan. BPFE Yogyakarta.

E.      Penilaian



Komponene Nilai
Bobot
Ujian Midle
30%
Ujian Akhir
50%
Tugas
10%
Quis
10%





















BAB I

Pergeseran Global

Berbagai peristiwa telah mewarnai dan membentuk arah ekonomi global. Di antaranya: Krisis system moneter internasional (Bretton Woods), krisis utang luar negeri, krisis minyak dan komoditas primer lainnya, muncul negara-negara industry baru (NICs), terjadinya crash di pasar modal internasional pada bulan Oktober 1987, bubarnya negara Uni Soviet yang diikuti dengan kecenderungan free market socialism dan integrasi negara-negara Eropa menuju Uni-Moneter Eropa. Semua secara terpisah maupun simultan menunjukkan bahwa kita hidup dalam dunia yang semakin terintegrasi. Gejala globalisasi menjadi keniscayaan. Suatu hal yang tidak dapat dihindari. Bahkan kecenderungan ini menimpah negara-negara yang tadinya mengisolasi diri terhadap dunia luar. Disadari atau tidak, dunia telah terjadi transformasi dari nasionalisasi, ke regionalisasi dan akhirnya globalisasi.

Terjadinya globalisasi disebabkan oleh dua factor yaitu:

1.      Adanya dorongan investasi (investment push) yang di mulai dari adanya Rencana Marshall (Marshall Plan). Negara-negara Eropa Barat dan Jepang yang tadinya sempat kacau balau perekonomiannya akibat perang dunia II, dengan injeksi bantuan luar negeri dari Amerika Serikat, yang kemudian popular dengan nama Rencana Marshall, terbukti mampu bangkit kembali. Tak pelak lagi mengalirlah bantuan dari Amerika Serikat dalam bentuk hibah non-militer dan modal jangka panjang kepada Jerman Barat, Itali dan Jepang, juga kepada Inggris dan Perancis, sejarah mencatat negara-negara penerima bantuan tersebut berhasil dalam melakukan program rekonstruksi ekonominya. Belakangan malah negara-negara tersebut berbalik menjadi donatur utama yang memberikan pinjaman dan sekaligus investor utama yang melakukan investasi asing.

2.      Adanya GATT (General Agreement on Tariff and Trade) merupakan penarik utama di sisi permintaan (demand pull). Melengkapi dorongan investasi dari Rencana Marshall, terikan permintaan dilakukan lewat perluasan perdagangan yang saling menguntungkan, melalui angka pengganda ekspor terhadap kesempatan kerja, pendapatan dan investasi. Argument para industrialis Amerika Serikat adalah bila pasar dan perbaikan ekonomi Eropa Barat dibantu dengan Rencana Marshall, maka manfaat program tersebut bagi Amerika Serikat adalah terbukanya akses bagi komositi produksi Amerika Serikat ke pasar Eropa dan lainnya. Kerangka formal liberalisasi perdagangan adalah kompromi perdaangan yang disebut GATT pada Januari 1948. Ini sebenarnya merupakan produk alternative dan usul ambisius Keynes tahun 1945 untuk membentuk Organisasi Perdagangan Internasional (ITO). ITO ternyata tidak disetujui AS, dan proposal liberalisasi perdagangan mendapat tantangan keras dari India, Australia dan negara-negara lain. GATT akhirnya mencuat sebagai kompromi sementara, yang mulanya ditanda tangani oleh 22 negara. Yang patut dicatat disini tujuan utama GATT adalah:

1.      Pengurangan tariff

2.      Pelarangan hambatan kuantitatif dan non-tariff lainnya dan

3.      Penghapusan diskriminasi perdagangan, harus diakui, telah sedikit banyak berperan dalam membentuk arah perdagangan global.

Gelombang globalisasi semakin kuat terutama diakibatkan oleh terjadinya kecenderungan berikut ini:

1.      Aliran dana dan modal semakin menembus batas negara mengukuhkan fenomena nationless dan borderless.

2.      Investor asing semakin getol membeli dan menjual asset financial dan riil. Investasi internasional dalam bentuk obligasi dan surat-surat berharga pasar uang meningkat secara dramatis sebagai akibat dilonggarkannya hambatan-hambatan yang tadinya menghalangi transaksi antar negara. Pada gilirannya hal ini mengakibatkan semakin populernya strategi pembiayaan dan portofolio internasional

3.      Institusi-institusi keuangan asing semakin gencar menembus pusat-pusat keuangan dunia dan regional. Pada gilirannya fenomena ini menyebabkan menjamurnya praktek perbankan internasional.

4.      Perusahaan semakin banyak mencatatkan dan menawarkan sahamnya di pasar modal internasional sehingga memungkinkan transaksi saham berlangsung 24 jam. Pasar modal internasional kian menjadi pilihan pembiayaan usaha bagi perusahaan dan pemerintah di nagara mana pun.

5.      Libaralisasi dan deregulasi sector financial melanda hampir sebagian besar negara di seluruh dunia.

Pada dasawarsa terakhir, gelombang globalisasi yang menghantam aktivitas ekonomi setidaknya memiliki dua dimensi:

1.      Terjadinya pergeseran kekuatan ekonomi global, yang memunculkan tiga megamarket ekonomi dunia; (1) MEE, (2) Amerika Utara dan (3) Asia Timur dan Tenggara (dengan Jepang sebagai motor utama). Tiga kawasan ini mendominasi produksi dan perdagangan global; menghasilkan 70% ekspor dunia dan 62% produk manufaktur dunia. Apalagi dengan dibentuknya program Uni Moneter Eropa.

2.      Globalisasi investasi mendorong tumbuh dan menyebarkan perusahaan transnasional (TNS). Teori perdagangan “tradisional” yang biasanya mengasumsikan factor-faktor produksi (modal, tenaga kerja dan tanah) tidak bebas berpindah dan tidak ada skala ekonomi dalam berproduksi, menjadi tidak relevan dengan adanya TNC. Kendati TNC mempunyai banyak persamaan, namun satu hal yang tidak diragukan adalah TNC dari negara induk yang berbeda menghasilkan TNC dengan cirri dan perilaku yang berbeda. Tradisi America Serikat menghasilkan TNC yang memiliki international structure dengan cirri adanya divisi domestic dan internasional yang bersaing dalam memanfaatkan sumberdaya, general manajer menyampaikan laporan kepada wakil presiden internasional, dan terbatasnya pertukaran ide, orang dan sumberdaya. Tradisi Eropa menghasilkan TNC dengan multinational structure, dimana perhatian terutama ditujukan dalam mendirikan cabang di luar negeri dan general manajer menyampaikan laporan langsung kepada eksekutif puncak. Tradisi Jepang menghasilkan TNC dengan cirri global structure dimana markas besar mendistribusikan sumberdaya tanpa membedakan asal negara dan terdapat control central yang kuat. Oleh karena itu, tantangan utama bagi organisasi ketika mereka berpaling ke pasar global adalah mengatasi terbatasnya struktur organisasi, melakukan sentral control dengan adaptasi lokal seperlunya, dan mentransfer pengetahuan antar negara.

Interdependensi Global

Secara umum, perkembangan terakhir sampai awal 1990-an ini telah mempercepat momentum globalisasi pasar keuangan hingga akhir abad ini. Globalisasi telah mengubah pola hubungan financial, proses produksi, perdagangan, teknologi informasi, dan hubungan ekonomi lain, yang pada gilirannya menimbulkan gejala menyatunya ekonomi semua bangsa. “Kita hidup dalam dunia tanpa batas”, kata Lester Brown (1972), penulis buku World Without Borders. Kata kunci dalam era globalisasi adalah interdependensi antara bangsa.

Interdependensi juga dialami oleh negara-negara yang tadinya tidak tergantung dengan negara lain. Dalam kasus USA, misalnya, negara dunia ketiga (NSB) memasok 80% impor minyak USA, 26% dari impor negara industry, 25% dari impor barang modal, dan 53% dari impor barang konsumsi. Bagi negara industry maju, memang kebanyakan tergantung dari suplai energy dan bahan mentah dari NSB. NSB juga merupakan pasar yang potensial bagi ekspor barang produksi negara maju. Todaro (2005) mencatat fakta menarik berikut: (1) pada awal dasa warsa 1980-an lebih dari 41% dari total ekspor USA menuju NSB; (2) satu dari setiap 6 pekerjaan disektor manufaktur USA amat tergantung pada ekspor ke NSB; (3) dari 20 rekan perdagangan USA yang terbesar, 11 adalah NSB, dan secara bersama-sama 11 negara ini menyumbang lebih dari 26% total perdagangan USA dan 22% total ekspor USA.

Ketika NSB mengalami kemacetan ekonomi, negara industry merasakan akibatnya dalam bentuk penurunan ekspor dan meningkatnya pengangguran. Sebagai contoh, saat resesi ekonomi 1981-1982, penjualan ke NSB penghasil non-migas anjlok lebih dari US$ 24 milliar. Sebaliknya, resesi yang melanda negara-negara maju dan anjloknya harga minyak dan komoditi primer lainnya pada awal dasa-warsa 1980-an, telah menyebabkan banyak NSB mengkaji ulang strategi pembangunannya. Inilah yang terkenal dengan penyesuaian structural terhadap goncangan eksternal.

































BAB II

MASALAH PERBEDAAN MATA UANG

































































































































































































































     

1 komentar:

  1. slamat siang...
    TOLONG SAMPEKAN KEPADA BP ANTONIO.. DICARI MAS ABDUL NEW STARS COMPUTER SALATIGA... HUB SAYA VIA EMAIL. doel051@yahoo.com sanagat penting ( urgent)

    BalasHapus