Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan
jasa, hibah dari individu dan pemerintah
asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas
neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial,
dan item-item finansial.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam transaksi.
- Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
- Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
Memahami Neraca Pembayaran Indonesia (II)
II. Neraca Perdagangan
Catatan
sistematis atas nilai transaksi barang suatu negara, biasanya untuk
kurun waktu satu tahun, disebut neraca perdagangan (trade balance). Ada
pencatatan tentang nilai ekspor, barang-barang yang dijual ke luar
negeri; serta pencatatan tentang nilai impor, barang-barang yang dibeli
dari luar negeri. Istilah yang dipakai untuk menunjukkan nilainya secara
bersamaan disebut ekspor bersih (neto), nilai ekspor dikurangi nilai
impor.
Pengertian barang disini mengacu kepada komoditas yang diperjualbelikan antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk. System of National Account (SNA)
1993 mendefinisikan barang sebagai ‘objek fisik di mana terdapat
permintaan (demand) terhadap objek tersebut, dapat timbul hak
kepemilikan atas barang tersebut, dan kepemilikannya dapat ditransfer
dari satu unit institusional ke unit lainnya melalui transaksi di
pasar’.
Catatan
ekspor di Indonesia biasa dipilah menjadi komoditas migas dan nonmigas.
Ekspor nonmigas dirinci menjadi tiga kelompok jenis komoditi, yakni
pertanian, mineral (pertambangan) dan manufaktur (industri). Perincian
semacam ini berguna untuk menganalisis struktur ekspor Indonesia.
Sebagai contoh dikatakan bahwa kontribusi ekspor nonmigas dalam beberapa
tahun terakhir sudah sangat jauh melampaui ekspor migas, suatu keadaan
yang berkebalikan daripada era tahun 70 dan 80-an. Dianggap sebagai
indikasi adanya perubahan mendasar dalam perekonomian akibat
kecenderungan peningkatan proporsi dari komoditi sektor manufaktur.
Bank
Indonesia menyediakan tabel statistik ekspor nonmigas dengan perincian
barang secara lebih spesifik daripada pemilahan ketiga sektor tadi. Yang
sering disebutkan dalam rincian adalah komoditas terpenting, yang
diukur dari besaran nilainya, sedangkan sisanya masuk ke dalam kategori
lainnya. Untuk beberapa komoditi ditampilkan sub ragamnya yang
terpenting. Misalnya, komoditi Pakaian jadi sebagai rincian dari Tekstil
& produk tekstil; Kayu lapis sebagai rincian dari Produk kayu.
Dalam istilah yang lebih teknis, ada data-data rincian kelompok barang
berdasarkan Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dan Standard International Trade Classification (SITC Revision 3).
Dalam
beberapa bentuk publikasi, tabel ekspor nonmigas ditampilkan dengan
mengurutkan komoditi berdasar nilai secara moneter, mulai dari yang
terbesar. Lazim dilakukan dengan mengabaikan soal apakah merupakan
bagian dari kelompok komoditi pertanian, mineral ataukah industri. Tabel
yang demikian dianggap berguna untuk menganalisis komoditi ekspor
nonmigas unggulan. Misalnya, untuk tahun 2008 akan terlihat urutan
sebagai berikut: Kertas, Minyak kelapa sawit, Tekstil dan Produk
Tekstil, Batu bara, Barang Listrik, Produk kimia, dan seterusnya.
Data ekspor nonmigas diinformasikan pula berdasar negara tujuan ekspor (country of destination).
Negara tujuan adalah negara ke mana barang dikirim oleh eksportir tanpa
adanya transaksi komersial atau lainnya yang dapat mengubah status
legal barang ekspor.
Sementara
itu, data impor nonmigas sering ditampilkan klasifikasi yang sedikit
berbeda. Perincian impor lazim dikaitkan dengan aspek penggunaannya.
Aspek penggunaan dimaksud terdiri dari: barang konsumsi, bahan baku dan
bahan modal. Masing-masing kategori dirinci lagi ke dalam beberapa
kelompok barang.
Data impor nonmigas juga disajikan berdasarkan negara asal barang (country of origin).
Negara asal barang merupakan negara produsen atau negara dari mana
barang impor berasal. Negara asal barang ditentukan oleh aturan tentang
asal barang yang ditetapkan oleh masing-masing negara. Umumnya dasar
penentuan asal barang mengacu pada negara di mana barang sepenuhnya
diproduksi. Sementara untuk suatu barang yang produksinya melibatkan
lebih dari satu negara, ketentuan negara asal mengacu pada tempat di
mana barang tersebut mengalami perubahansecara signifikan.
Sebagai
catatan, ada perbedaan data Ekspor Impor Antara Neraca Pembayaran (NPI)
dari Bank Indonesia dan yang diumumlan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Setiap awal bulan, BPS melakukan rilis data ekspor dan impor
barang berupa Statistik Perdagangan Luar Negeri (Foreign Trade Statistics).
Walaupun sama-sama mencatat ekspor impor barang, data yang tercantum
dalam statistik tersebut tidak persis sama dengan data ekspor impor NPI.
Perbedaan
tersebut antara lain karena hal-hal berikut: (1) Statistik Perdagangan
Luar Negeri yang dipublikasikan oleh BPS merupakan statistik perdagangan
internasional (international trade statistics) yang pencatatannya mengacu kepada manual International Merchandise Trade Statistics (IMTS) yang dikeluarkan oleh United Nation,
yang mendasarkan pencatatan pada perpindahan fisik barang melintasi
batas pabean suatu negara. Sementara itu, NPI mengikuti manual Balance
of Payments yang dikeluarkan oleh IMF, yang berdasar adanya perpindahan
kepemilikan antara penduduk dengan bukan penduduk; (2) Nilai impor dalam
statistik perdagangan luar negeri dicatat berdasarkan cost, insurance, and freight (c.i.f), sementara nilai impor dalam statistik NPI dicatat berdasarkan free on board (f.o.b.).
Analisis
atas komponen NPI kerap dimulai dari neraca perdagangan, khususnya
tentang ekspor. Ada yang menyoroti rincian dari komoditi ekspor, dan ada
yang berfokus pada penyebaran negara tujuan atau diversifikasi pasar.
Dari analisis demikian dikenal istilah struktur ekspor. Struktur ekspor
dapat dikaitkan dengan penggolongan komoditi atas sektor primer atau
yang sudah bersifat pengolahan manufaktur. Sektor primer antara lain
adalah hasil pertanian yang belum diolah, hasil galian tambang, hasil
tangkapan perikanan laut, dan sebagainya.
Secara
teoritis, struktur ekspor yang baik adalah yang memiliki diversifikasi
produk cukup besar. Ada banyak komoditi, apalagi yang bersifat olahan
dan memberi nilai tambah yang besar, dianggap akan lebih menguntungkan.
Dan juga lebih tahan terhadap goncangan eksternal berupa fluktuasi harga
ataupun fluktuasi permintaan suatu komoditi.
Demikian
pula jika struktur ekspor dilihat dari penyebaran negara tujuan.
Sebagai contoh, terlihat bahwa konsentrasi negara tujuan ekspor
Indonesia kepada lima negara masih belum banyak berubah selama beberapa
tahun terakhir. Lima negara tujuan ekspor dengan pangsa ekspor terbesar,
dengan urutan yang kadang saling berganti, adalah Jepang, Amerika
Serikat, Singapura, Cina, dan Malaysia. Pangsa ekspor ke lima negara
tersebut mencapai sekitar 50,0 % dari ekspor total nonmigas Indonesia.
Ke lima negara tersebut, dalam beberapa tahun terakhir, merupakan “pasar
tradisional” produk ekspor Indonesia, sehingga mengindikasikan pula
tingginya ketergantungan terhadapnya. Ditambah beberapa negara tujuan
lagi, pangsanya akan mencapai 80%. Ekspor Indonesia menjadi rentan jika
terjadi gangguan pada perekonomian negara-negara tersebut.
Ekspor
Indonesia juga bisa sangat terpengaruh oleh kebijakan perdagangan
mereka. Padahal, terkadang kebijakan perdagangan dikaitkan dengan isyu
lingkungan hidup, isyu Hak Asasi Manusia, bahkan isyu politik. Ingat
pula bahwa beberapa negara memiliki ikatan kebijakan regional, seperti
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Negara Eropa secara individual memang
terlihat memiliki porsi yang tidak besar, namun jika secara bersama, MEE
merupakan tujuan ekspor Indonesia dengan porsi sekitar 15 %.
Dapat dicermati dari sisi negara tujuan ekspor utama tersebut, seberapa besar pangsa produk Indonesia dibandingkan total impor di negara-negara tersebut. Ternyata, pangsa produk Indonesia (nonmigas) juga relatif tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Hanya di Malaysia yang menunjukkan peningkatan cukup berarti.
Dapat dicermati dari sisi negara tujuan ekspor utama tersebut, seberapa besar pangsa produk Indonesia dibandingkan total impor di negara-negara tersebut. Ternyata, pangsa produk Indonesia (nonmigas) juga relatif tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Hanya di Malaysia yang menunjukkan peningkatan cukup berarti.
Dari
data tersebut, fokus perhatian bisa diarahkan kepada “arti” perdagangan
bagi kedua belah pihak, Indonesia terhadap negara tujuan ekspor, dan
ketergantungan relatif mereka terhadap produk Indonesia. Misalnya,
Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor
nonmigas dengan pangsa lebih dari 13 %. Sebaliknya, bagi AS, komoditi
nonmigas Indonesia hanya merupakan impor dengan pangsa kurang dai 1 %.
Sederhananya, fluktuasi perekonomian AS akan sangat berpengaruh bagi
kinerja ekspor Indonesia, artinya juga teradap perekonomian Indonesia
secara keseluruhan. Akan tetapi, hal yang sebaliknya relatif tidak
berlaku. Bisa difahami pula jika kebijakan perdagangan AS sangat penting
artinya bagi Indonesia.
Melihat
keadaan ekspor Indonesia berdasar negara tujuan, seharusnya penyebaran
negara tujuan ekspor di masa mendatang dilakukan secara lebih meluas.
Negara-negara yang selama ini bukan tujuan utama sebenarnya sangat
potensial, misalnya negara-negara Timur Tengah dan di Afrika. Negara
tujuan ekspor yang ukuran saling ketergantungannya relatif seimbang,
porsi ekspor kita dilihat dari sudut pandang porsi impor mereka, perlu
dimaksimalkan, misalnya dengan Malaysia.
Jenis
barang yang diekspor ke berbagai negara tujuan utama tersebut
sebenarnya relatif bervariasi antara negara yang satu dengan lainnya.
Komoditas ekspor ke pasar Jepang yang dominan adalah bijih logam dan
batubara; untuk pasar AS, ekspor lebih banyak berupa komoditas pakaian
dan karet mentah; ke pasar Singapura, mesin dan produk logam ; komoditas
ekspor andalan Indonesia ke Cina adalah CPO; sedangkan ke Malaysia
banyak berupa produk logam.
Analisis
terhadap impor juga dapat dilakukan serupa dengan analisis ekspor.
Sebagai contoh kita melihat yang biasa menjadi perhatian ekonom, yaitu
soal pertumbuhan atau perubahannya. Misalnya, diketahui bahwa impor
barang konsumsi mengalami peningkatan yang masih cukup tinggi selama
beberapa tahun terakhir. Ada indikasi terjadi peningkatan penetrasi
produk barang jadi dari luar negeri, meskipun pangsa impor barang
konsumsi terhadap total nilai impor relatif masih kecil. Tentu saja
dapat dilakukan analisis atas komoditi secara lebih terinci. Dapat
dianalisa barang konsumsi apa saja yang meningkat pesat pada tahun-tahun
yang diamati. Bahan baku dan barang modal apa saja yang mengalami
perlambatan pertumbuhan atau bahkan penurunan. Jika kurun waktu yang
dianalisa lebih panjang, maka gambaran struktur impor akan menjadi lebih
baik. Secara lebih teknis, dapat dianalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangannya, misalnya soal harga komoditi, nilai tukar
rupiah, kebutuhan domestik, dan sebagainya.
Analisis
impor berdasar asal negara barang impor yang dikaitkan dengan macam
komoditinya, mengindikasikan pula akan “tingkat ketergantungan” impor
kita pada satu atau beberapa negara. Jika dikaitkan dengan analisis
struktur ekspor, akan memungkinkan kita melihat negara-negara mana saja
yang memiliki hubungan ekonomi penting dengan Indonesia. Yang terlihat
kembali negara-negara yang sudah disebutkan di atas, yang semakin
menguatkan sinyal bahwa keadaan perekonomian mereka akan sangat
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Terlepas
dari itu, neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami surplus, yang
berarti nilai ekspor barang melebihi nilai impornya. Surplus tersebut
dalam beberapa tahun terakhir adalah: USD 17,53 miliar (2005), USD 29,66
miliar (2006), USD 32,75 miliar (2007), USD 22,92 miliar (2008). Sampai
dengan triwulan ketiga tahun 2009, surplusnya sudah mencapai USD 23,11
miliar, dan diperkirakan akan mencapai USD 30 miliar sampai dengan akhir
tahun.
Yang
perlu dicatat, surplus tahun 2009 diperoleh di saat ekspor Indonesia
merosot amat tajam dibandingkan tahun sebelumnya, namun diimbangi oleh
penurunan impor yang lebih besar dari itu. Sebagai informasi, nilai
ekpor meningkat dari sekitar USD USD 87 miliar (2005) menjadi USD 140
miliar (2008). Sedangkan nilai impor, dari sekitar USD 69,5 miliar
(2005) menjadi USD 116,7 miliar (2008). Sementara itu, sampai dengan
triwulan ketiga 2009, nilai ekspor adalah sebesar USD 84 miliar dan
nilai impor sebesar USD 61 miliar.
NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL &DEVISA
NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL &DEVISA
Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang
meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan
penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan
sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu Negara.
Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang
meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan
penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan
sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu Negara.
Tujuan utamannya adalah untuk memberikan
informasi kepada pemerintah tentang posisi
keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara
lain serta membantu di dalam pengambilan
kebijaksanaan moneter,fiskal,p erdagangan dan pembayaran internasional.
informasi kepada pemerintah tentang posisi
keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara
lain serta membantu di dalam pengambilan
kebijaksanaan moneter,fiskal,p erdagangan dan pembayaran internasional.
1. Current account (neraca berjalan), terdiri dari transaksi impor dan ekspor barang dan
jasa. Pada current account, ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi
negara. Sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan
devisa dari negara. Selain ekspor dan impor, transaksi lain yang termasuk dalam current
account adalah pembayaran faktor (factor payment) dan unilateral transfers.
2. Financial account (dulunya disebut capital account), yang mencatat transaksi aset
finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional. Ini mencakup
pencatatan akan FDI (foreign direct investment atau Penanaman Modal Asing/PMA),
pembayaran dividen, cicilan hutang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham,
dan lain sebagainya. Financial account mengukur devisa masuk dan keluar seperti pada
current account, dimana transaksi yang menghasilkan devisa dicatat sebagai kredit
(capital inflow). Sebaliknya, transaksi yang mengakibatkan devisa keluar dari suatu
negara dicatat sebagai debit (capital outflow).
Contoh transaksi yang menghasilkan devisa (kredit) pada financial account adalah :
hutang luar negeri, FDI, pembelian saham maupun obligasi dalam negeri oleh investor
asing, dls. Semua transaksi ini mendatangkan devisa bagi negara. Misalnya transaksi
berlangsung antara Indonesia-Amerika, maka cadangan dolar (devisa) Indonesia akan
bertambah akibatnya adanya transaksi-transaksi diatas.
Sedangkan contoh transaksi yang mengurangi devisa (debit) pada financial account
adalah : pembayaran cicilan hutang luar negeri, pembayaran bunga dari hutang luar
negeri, pembayaran dividen atas saham dalam negeri yang dimiliki investor asing,
pembayaran bunga dan hutang obligasi yang jatuh tempo, pengiriman laba dari FDI atau
investasi asing yang ditanamkan di dalam negeri, dls. Semua transaksi ini mengurangi
devisa suatu negara
jasa. Pada current account, ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi
negara. Sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan
devisa dari negara. Selain ekspor dan impor, transaksi lain yang termasuk dalam current
account adalah pembayaran faktor (factor payment) dan unilateral transfers.
2. Financial account (dulunya disebut capital account), yang mencatat transaksi aset
finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional. Ini mencakup
pencatatan akan FDI (foreign direct investment atau Penanaman Modal Asing/PMA),
pembayaran dividen, cicilan hutang, bunga atau utang, pembelian surat berharga, saham,
dan lain sebagainya. Financial account mengukur devisa masuk dan keluar seperti pada
current account, dimana transaksi yang menghasilkan devisa dicatat sebagai kredit
(capital inflow). Sebaliknya, transaksi yang mengakibatkan devisa keluar dari suatu
negara dicatat sebagai debit (capital outflow).
Contoh transaksi yang menghasilkan devisa (kredit) pada financial account adalah :
hutang luar negeri, FDI, pembelian saham maupun obligasi dalam negeri oleh investor
asing, dls. Semua transaksi ini mendatangkan devisa bagi negara. Misalnya transaksi
berlangsung antara Indonesia-Amerika, maka cadangan dolar (devisa) Indonesia akan
bertambah akibatnya adanya transaksi-transaksi diatas.
Sedangkan contoh transaksi yang mengurangi devisa (debit) pada financial account
adalah : pembayaran cicilan hutang luar negeri, pembayaran bunga dari hutang luar
negeri, pembayaran dividen atas saham dalam negeri yang dimiliki investor asing,
pembayaran bunga dan hutang obligasi yang jatuh tempo, pengiriman laba dari FDI atau
investasi asing yang ditanamkan di dalam negeri, dls. Semua transaksi ini mengurangi
devisa suatu negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar