Halaman

Senin, 04 Februari 2013

Empat Perspektif Ekonomi Politik Internasional


Empat Perspektif Ekonomi Politik Internasional

Oleh: Antonio B. Carceres

Pengantar

Studi mengenai hubungan antara politik yang memengaruhi ekonomi atau sebaliknya semakin menarik minat para akademisi HI. Khusunya ketika melihat fonemena saat ini di mana bisa dikatakan terjadi perang dagang antara negara-negara di dunia. Diantara motif utamanya adalah akumulasi kapital dan tentunya menyebarkan pengaruh kepada negara-negara partner dagang.

Dalam tulisan ini dibahas mengenai empat macam perspektif untuk menjelaskan makna ekonomi politik internasional, yakni: merkantilis, liberalis, radikal, dan reformis. Tulisan ini diilhami dan disarikan dari buku Ekonomi-Politikan Internasional dan Pembangunan karya Dr. Mochtar Mas’oed.

Perspektif Merkantilis

Perspektif ini memandang bahwa Negara menjadi actor utama yang secara aktif dan rasional mengatur ekonomi demi meningkatkan kekuatan kekuasaan Negara.

Membangun suatu Negara bangsa yang kuat diperlukan akumulasi capital sebanyak-banyaknya. Sehingga pembangunan ekonomi diprioritaskan. Apabila untuk memenuhi capital yang diinginkan tersebut tidak bisa dicukupi dengan pemanfaatan sumber-sumber capital dalam negeri, maka dilakukanlah perdaganagan internasional. Demi mendapatkan keuntungan maksimal, maka pemerintah harus memainkan kebijaksanaan “nasionalis-ekonomis”. Yaitu dengan (a) pemerintah mengendalikan (menekan) sepenuhnya harga barang dan gaji buruh, sehingga bisa dijual dengan harga bersaing di pasar internasional, (b) menerapkan strategi prduksi substitusi barang impor, (c) memaksimalkan ekspor dan meminimalkan impor. Strategi ini juga bisa dilakukan oleh negera-negara yang lemah dengan alas an membiarkan pasar bebeas berlaku, sementara posisi sendiri lemah, hanya akan menghancurkan diri sendiri.

Sistem merkantilis ini dalam praktiknya dijalankan oleh Negara-negara yang telah lebih dahulu menjadi hegomonik, misal kebijakan Inggris pada abad18. Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan nasionalnya yakni mempertahankan dan memperbesar kekuatannya. Namun pengikut paham ini juga memberikan kemungkinan Negara “baru” untuk menang dalam kancah persaingan internasional dengan syarat Negara tersebut menerapkan kebijakan proteksionis dan aktif.

Dala studi politik, pesrspektif ini dikenal sebagai realism politik. Kritik kepada perspektif, baik merkantilisme maupun realism, adalah bahwa kedua perpektif ini terlalu berlebihan dalam menekankan kepentingan nasional. Sehingga kepentingan global terkorbankan. Para pengikut perspektif ini lupa bahwa di dunia ini, terdapat beberapa bidang yang semua Negara memiliki kepentingan sama sehingga bisa dijadikan basis kerjasama. Para pengkritik ini terutama datang dari kaum liberal.

Perspektif Liberal

Dipelopori oleh David Ricardo dan Adam Smith, mereka mengkritik pengendalian ekonomi yang berlebihan oleh Negara. Perspektif liberal mengajukan argument bahwa cara yang paling efektif untuk meningkatkan kekayaan suatu Negara adalaha dengan membiarkan individu-individu di dalamnya secara bebas berinteraksi dengan para individu Negara lain. Mereka menganjurkan pasar bebas.

Konsepsi liberal ini didasarkan pada gagasan mengenai kedaulatan pasar dalam ekonomi, dengan mengasumsikan bahwa semua manusia secara alamiah memiliki keselarasan kepentingan. Karena itu, kalau individu dibiarkan mengejar kepentingan masing-masing yang didasarkan pada suatu pembagian kerja dan pada struktur atau komposisi factor-faktor produksinya sendiri, maka kesejahteraan individu, nasional akan meningkat.

Perspektif ini mengasumsikan bahwa manusia selalu rasional dan berusaha memaksimalkan perolehan. Rasional dalam artian kalkulalasi untung-rugi. Seorang actor demi memperoleh perolehan maksimal pastinya melakukan kalkulasi untung-rugi tersebut, sehingga keputusannya merupakan hal yang dianggap memenuhi kepuasan subjektif tertinggi.

Kaumliberal percaya bahwa dengan saling berinteraksinya Negara-negara melalui perdagangan internasional, konflik bisa terhindarkan. Bahkan bisa membawa keuntungan bersama sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat.

Keputusan para pelaku ekonomi mengenai apa yang harus diproduksi dan dijual berdasarkan pertimbangan keunggulan koparatif (comparative advantage). Yakni setiap Negara harus memiliki spesialisasi dalam produksi barang sehingga memiliki keuntungan komparatif (harga terendah, waktu produksi tercepat) tertinggi dari pada rekanan dagang yang lain. Dan inilah yang dijadikan komoditas ekspor. Sedangkan Negara tersebut lebih baik mengimpor barang-barang luar negeri yang memiliki posisi keuntungan komparatif lebih baik. Sehingga dari sini efisiensi terjadi.

Peran Negara sangat terbatas pada penyediaan fondasi bagi bekerjanya system pasar, seperti pembangunan infrastruktur, penegakkan hukum, menjamin keamanan, mencegah persaingan tidak sehat, dan menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian, menurut persektif liberal, ekonomi dan politik merupakan bidang yang terpisah.

Kritik untuk persektif ini adalah, (a) gagasan liberal hanya menguntungkan yang paling efisien, yaitu si kuat, dan merugikan yang tidak efisien. Ditambah lagi dengan kemampuan Negara-negara kuat untuk memiliki kualitas yang baik, harga rendah, produksi cepat,mereka memiliki teknologi. Lebih lanjut industry yang menggunakan teknologi yang canggih merupakan industry padat modal, sehingga tidak mempu menyerap banyak tenaga kerja, (b) liberalism juga mengingkari fakta bahwa semua bangsa memiliki kemampuan yang sama untuk berkompetisi. Padahal faktanya kita menemukan “ketimpangan relasional” bangsa-bangsa.

Perspektif Radikal

Basis pokok perspektif ini adalah gagasan Marxisme. Sementara perspektif liberal memandang pasar bisa memungkinkan individu memaksimalkan perolehan, kaum Marxis meilhat kapitaslisme dan pasar telah menciptakan kekayaan untuk kepitalis dan kemiskinan untuk kaum buruh. Perpektif ini memiliki tujuan kegiatan ekonomi (dan politik) untuk redistribusi kekayaan dab kekuasaan.

Kaum radikal membuat beberapa asumsi berikut. Pertama, bahwa kelas social adalah actor dominan dalam ekonomi dan politik. Kedua, bahwa kelas-kelas tersebut bertindak berdasarkan kepentingan materiil mereka. Ketiga. Bahwa basis dari ekonomi kapitalis adalah eksploitasi kelas buruh oleh kapitalis. Asumsi ketiga ini membawa kesimpulan bahwa baginya, buruh dan kapitalis merupakan dua actor antagonis.

Namun dalam perspektif ini juga ditemukan beberapa kelemahan: (a) terlalu menekankan kelas sebagai variabel penyebab kegiatan ekonomi, (b) argument radikal sering tidak tampak realistic, missal anjuran bagi Negara berkembang untuk keluar dari kegiatan perdagangan internasional.

Perspektif Reformis

Perspektif ini mengusung konsepsi Tata Ekonomi Internasional Baru (TEIB), muncul sebagai kritik atas ketiga perspektif di atas. Mereka tidak setuju dengan penekan berlebihan kaum liberal terhadap pertimbangan efisiensi sehingga merugikan actor yang lebih lemah. Mereka tidak setuju dengan kaum radikal untuk melakukan perubahan revolusioner menentang system kapitasis. Karena mereka lebih percaya pada reformasi struktur hubungan internasional Dan walaupun mereka setuju dengan gagasan merkantilis mengenai peran aktif Negara dalam urusan ekonomi internasional, mereka lebih bersikap internasionalis daripada nasionalis.

Yang penting bukannya meninggalkan arena internasional dan menutup diri, terapi berusaha menciptakan suatu tatanan baru sehingga lebih adil. Agar efektif, harus terjadi kerjasama semua Negara Kurang Berkembang (NKB) melalu mekanisme collective self-relience dan collective bargaining.

Namun tetap saja, perspektif ini pun memiliki beberapa kelemahan. (a) Apakah para pemimpin NKB, dengan system pemerintahan yang berbeda-beda, mau saling bekerjasama?, (b) Apakah mereka punya cukup ”senjata” untuk melakukan bargaining. (c) Apakah Negara-negara kaya mau begitu saja dipaksa menyerahkan kekayaannya kepada Negara miskin?

Demikianlah keempat perspektif yang sangat berpengaruh dalam perdebatan mengenai Ekonomi-Politik Internasional.

Sumber:

Mas’oed, Mochtar. Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar