Ekonomi
Politik Internasional
Developmentalism,
Industrialization, and Dependency:
Non-Capitalist
Inclusions in International Political Economy
Manusia berlomba-lomba untuk
menyejahterakan hidupnya dengan turut serta dalam berbagai kegiatan ekonomi
politik internasional. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang akan menghindarkan dari kemiskinan. Kemiskinan merupakan hal yang sangat
dihindari oleh masyarakat. Tiap individu rela melakukan kerja sama apapun untuk
mencegah dirinya jatuh miskin. Bahkan kemiskinan tersebut mampu memisahkan
“Utara” dan ”Selatan” terkait kesenjangan dan ketergantungan masing-masing
kawasan. Keduanya terlihat terpisah karena kawasan”Utara” dikenal dengan
teknologi dan informasinya yang sangat maju sekaligus diiringi dengan pesatnya
pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan modernisasi. Sementara di kawasan
“Selatan” sendiri, yang dianggap masih dalam tahap berkembang sehingga perlu
adanya stabilitas dan perbaikan pembangunan di sana-sini. Fenomena inilah yang
kemudian mampu menarik beberapa ilmuwan hubungan internasional untuk
memunculkan perspektif bagaimana seharusna isu-isu equality diangkat untuk
kemudian dianalisis dalam kacamata ekonompi politik internasional. Kedua kutub
tersebut, walaupun memiliki kondisi yang sangat berkebalikan namun dalam
beberapa aspek justru memiliki tingkat ketergantungan yang sulit untuk
dijelaskan.
Oleh sebab itu, dalam
artikelnya yang berjudul “The
Issue of Dependency and Economic Development” dalam The Political Economy of
International Relations, Gilpin menjelaskan bagaimana berbagai ide
alternative dan pendekatan ekonomi politik internasional hadir melalui para
ilmuwan sarjana hubungan internasional (Gilpin, 1987:263). Oleh sebab itu
Gilpin menawarkan 3 (tiga) perspektif yang dinilai mampu menjelaskan
pembangunan ekonomi yakni melalui perspektif liberal, marxis, dan underdevelopment position.
Dalam hal ini, perspektif liberal menawarkan teori dual ekonomi yang melihat
evolusi dari dunia ekonomi merupakan bentuk suatu proses pencampuran dari
perkembangan ekonomi tradisional menuju modern, sedangkan marxis menawarkan Modern World System (MWS)
sebagai turunannya yang menilai adanya transformasi struktur tradisional menuju
sistem yang modern. Kaum liberalis
percaya bahwa kerjasama antar negara merupakan wujud harmonisasi mutual. Oleh
sebab itu kerjasama ekonomi diantara negara-negara di dunia dianggap memiliki
dampak yang positif terkait perkembangan di suatu negara. Salah satu kerjasama
yang dapat dilakukan adalah melalui investasi ke luar negeri hingga bantuan dan
ekonomi dan pasar modal sebagai area investasi terbaik. Sedangkan perspektif underdevelopment position
percaya bahwa ketergantungan dalam dunia ekonomi justru memiliki potensi untuk
merusak kepentingan negara-negara (Gilpin, 1987:265). Perspektif ini lebih
dikenal dengan teori pembangunan yang dapat dijelaskan melalui melalui dua perspektif,
yakni teori modernisasi dari perspektif liberalisme. Sementara itu, kaum Marxis
melihat kerjasama internasional sarat akan eksploitasi dan konflik. Marxis
dan underdevelopment
position lebih fokus terhadap isu equality dan kemajuan pembangunan. Dengan
demikian, paragraf di bawah akan menjelaskan lebih lanjut terkait perspektif
dan ide-ide alternatif yang ditawarkan oleh Gilpin tersebut.
Seperti yang telah sedikit
dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa perspektif liberal berasumsi bahwa ekonomi
lahir karena adanya dampak positif melalui pengembangan aspek ekonomi suatu
negara. Transformasi kapasitas ekonomi penting guna beradaptasi dengan semakin
majunya zaman, yang dapat dilakukan salah satunya melalui pengembangan ekonomi
sebagai kunci utamanya (Gilpin, 1987:267). Arthur Lewin menyebutkan bahwa
pengembangan ekonomi dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yakni pemerintah
yang bijaksana, sistem pendidikan, dan iklim (terkait curah hujan). Namun
apabila masih terjadi kegagalan pembangunan, maka faktor lain adalah karena
adanya ketidaksempurnaan pasar dan ketidakefektifan ekonomi hingga idealism
masyarakat yang terlampau tinggi. Oleh sebab itu, perdagangan internasional
merupakan salah satu cara untuk mengaplikasikan aktivitas ekonomi untuk mendukung
pembangunan negara. Perdagangan bebas dianggap sebagai kunci untuk meraih
kesejahteraan individu dengan maksimalisasi profit, yang biasa disebut dengan ‘engine of growth’. Dengan
demikian akan tercipta bentuk interdepensi yang rumit antara negara maju dan
negara berkembang terkait pemilik modal dan pengolah raw material untuk
memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu, dalam kacamata liberalis, negara
berkembang pun juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan
ekonominya layaknya negara maju dengan adanya pasar terbuka. Selain perdagangan
bebas, interdependensi juga terjadi karena adanya spesialisasi dan divisi buruh
internasional, arus modal barang, hingga kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan informasi (Gilpin,1987:266). Dalam hal
ini, perdagangan merupakan suatu perantara guna mendistribusikan faktor-faktor
produksi dari negara maju ke negara berkembang. Oleh sebab itu, terdapat pola
penyebaran kemajuan ekonomi yang berasal dari negara core kepada negara periphery, dalam bentuk
modal, buruh, pengetahuan, hingga mekanisme perdagangan luar negeri dan sistem
moneter internasional (Gilpin, 1987:267).
Gilpin menawarkan perspektif marxis klasik sebagai
ide alternatif kedua dalam menganalisis perkembangan ekonomi politik
internasional. Melalui pemikiran Karl Marx dan Engels, marxisme klasik
memperkenalkan teori dependensi yang menghubungkan proses transformasi
masyarakat Eropa. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat Eropa identik dengan
feodalisme, namun seiring berjalannya waktu kemudian memunculkan berbagai
bentuk kapitalisme. Teori dependensi dibuat sebagai kritik terhadap teori
modernisasi kaum liberalis. Teori ini mencoba untuk menarik integrasi bahwa
kapitalisme merupakan bentuk eksploitasi terhadap kaum buruh. Hal tersebut
disebabkan karena bagaimanapun, kaum borjuis akan selalu berada di atas kaum
proletar karena memiliki modal capital yang besar. Dengan demikian, hubungan
antara keduanya tidak akan pernah sejajar melainkan justru merugikan salah satu
pihak (zero-sum).
Salah satunya adalah bagaimana menganalisis hubungan negara dunia ketiga dan
negara maju. Dalam hal ini, negara maju memiliki modal kapital yang besar dan
cenderung lebih mampu menguasai segala aspek terkait kebutuhan negaranya.
Sedangkan negara dunia ketiga tidak lebih sebagai pelaksana berbagai kebijakan
yang dihasilkan oleh negara maju untuk mengolah raw materials yang ada. Melalui teori
dependensi ini, Marx mencoba menganalisis bagaimana kapitalisme memiliki dampak
yang buruk bagi keseimbangan sistem ekonomi politik internasional. Dalam hal
ini, Marx melihat bahwa kapitalisme sebagai proses ekspansi ekonomi yang sarat
akan dinamika di dalamnya. Dengan demikian, apabila terdapat permasalahan dalam
ekonomi masyarakat sosial maka penting adanya untuk memperkenalkan teknologi
modern yang dapat mendorong kapitalisme dan industrialisasi (Gilpin, 1987:272).
Namun kemudian Lenin menyatakan bahwa dominasi kapitalisme
merupakan titik ketidakseimbangan ekonomi politik internasional.
Ide alternatif selanjutnya
adalah underdevelopment
position.
Perspektif ini biasa disebut sebagai teori
pembangunan. Dalam hal ini perspektif underdevelopment
position ingin menganalisis keterkaitan antara perkembangan ekonomi
negara-negara dunia ketiga dan negara maju. Dalam hal ini terdapat instabilitas
dalam negara dunia ketiga karena tidak adanya kemandirian ekonomi. Namun di
sisi lain, negara-negara tersebut dianggap mandiri secara politik. Walaupun
dalam beberapa aspek tidak sepenuhnya mandiri secara politik. Underdevelopment ini
merujuk pada asumsi dasar adanya ketergantungan negara berkembang dan negara
maju. Hal tersebutb disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, ketergantungan negara
berkembang dan negara maju dapat dijelaskan melalui perdagangan dan pengolahan raw material (Giplin,
1987:273). Tidak dapat dipungkiri bahwa kemudian tercipta sebuah bentuk
interdependensi di antara negara-negara maju dan berkembang yang saling
melakukan interaksi ekonomi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa negara
maju berperan penting dalam perkembangan ekonomi politik internasional. Namun
selain peran negara maju yang penting, perdagangan bebas juga dapat dilakukan
oleh negara berkembang dengan adanya bantuan serta investasi luar negeri. Hal
tersebut akan membantu negara berkembang untuk mendapatkan pasar modal, ekspor,
serta teknologi yang berguna bagi perkembangan ekonominya (Gilpin,1987:265).
Dengan demikian interdependensi tersebut dalam beberapa aspek dapat bersifat
mutual.
Sedangkan dalam melihat
kapitalisme, underdevelopment
menganggapnya sebagai jurang antara ekonomi negara maju dengan ekonomi negara
yang berkembang. Kesenjangan tersebut didorong oleh pemberlakuan perdagangan
bebas, dimana negara-negara miskin belum memiliki kesiapan penuh. Dalam kacamata
kaum strukturalis, perspektif ini melihat bahwa kapitalisme memiliki pengaruh
terhadap sisten perekonomian politik internasional khususnya negara-negara
berkembang dan letak ketergantungannya. Teori
ini dapat dijelaskan melalui teori modernisasi dari perspektif liberalisme.
Perdagangan menjadi perantara bagi laju aliran modal, barang, dan teknologi
dari negara maju ke negara berkembang, Sedangkan konsekuensinya adalah negara
maju mendapatkan raw
material dengan harga murah. Teori ini kemudian dapat dianalisis
melalui pentingnya proses modernisasi sebagai sebuah transformasi struktur
tradisional menuju struktur modern.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekonomi politik
internasional dapat dijelaskan melalui 3 (tiga) perspektif untuk membantu
jalannya pembangunan ekonomi yakni melalui perspektif liberal, marxis, dan underdevelopment position.
Perspektif liberal menawarkan dual ekonomi akan adanya
rasionalitas individu. Perdagangan bebas memiliki self-operating dan self-correcting. Dengan
demikian terdapat hubungan dependensi antara ekonomi dan politik. Perspektif
ini menawarkan teori dual ekonomi yang melihat evolusi dari dunia ekonomi
merupakan bentuk suatu proses pencampuran dari perkembangan ekonomi tradisional
menuju modern. Dengan demikian terdapat self-sufficiency
dalam sektor tradisional. Dalam hal ini, aktor ingin mendapatkan maksimalisasi
keuntungan dan efisiensi akibat makin ketatnya kompetisi pasar. Sedangkan
marxis menawarkan Modern
World System (MWS) sebagai turunannya yang menilai adanya transformasi
struktur tradisional menuju sistem yang modern. Sistem satu dengan lainnya
memiliki keterkaitan. Perbedaan marxis dan MWS terletak pada pandangan terkait
pasar global sebagai eksploitasi ekonomi. Sedangkan perspektif underdevelopment position
percaya bahwa ketergantungan dalam dunia ekonomi justru memiliki potensi untuk
merusak kepentingan negara-negara (Gilpin, 1987:265). Perspektif ini lebih
dikenal dengan teori pembangunan yang dapat dijelaskan melalui melalui dua
perspektif, yakni teori modernisasi dari perspektif liberalisme. Dengan
demikian ketiga teori tersebut menjelaskan bagaimana ekonomi politik
internasional berkembang di dunia internasional.
Referensi
Gilpin, Robert. 1987. “The
Issue of Dependency and Economic Development” dalam The Political Economy of
International Relations, Princeton: Princeton University Press. Pp.
263-305
Tidak ada komentar:
Posting Komentar