Halaman

Senin, 04 Februari 2013

Developmentalism, Industrialization, and Dependency:


Ekonomi Politik Internasional

Developmentalism, Industrialization, and Dependency:

Non-Capitalist Inclusions in International Political Economy

Manusia berlomba-lomba untuk menyejahterakan hidupnya dengan turut serta dalam berbagai kegiatan ekonomi politik internasional. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang akan menghindarkan dari kemiskinan. Kemiskinan merupakan hal yang sangat dihindari oleh masyarakat. Tiap individu rela melakukan kerja sama apapun untuk mencegah dirinya jatuh miskin. Bahkan kemiskinan tersebut mampu memisahkan “Utara” dan ”Selatan” terkait kesenjangan dan ketergantungan masing-masing kawasan. Keduanya terlihat terpisah karena kawasan”Utara” dikenal dengan teknologi dan informasinya yang sangat maju sekaligus diiringi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan modernisasi. Sementara di kawasan “Selatan” sendiri, yang dianggap masih dalam tahap berkembang sehingga perlu adanya stabilitas dan perbaikan pembangunan di sana-sini. Fenomena inilah yang kemudian mampu menarik beberapa ilmuwan hubungan internasional untuk memunculkan perspektif bagaimana seharusna isu-isu equality diangkat untuk kemudian dianalisis dalam kacamata ekonompi politik internasional. Kedua kutub tersebut, walaupun memiliki kondisi yang sangat berkebalikan namun dalam beberapa aspek justru memiliki tingkat ketergantungan yang sulit untuk dijelaskan.

Oleh sebab itu, dalam artikelnya yang berjudul “The Issue of Dependency and Economic Development” dalam The Political Economy of International Relations, Gilpin menjelaskan bagaimana berbagai ide alternative dan pendekatan ekonomi politik internasional hadir melalui para ilmuwan sarjana hubungan internasional (Gilpin, 1987:263). Oleh sebab itu Gilpin menawarkan 3 (tiga) perspektif yang dinilai mampu menjelaskan pembangunan ekonomi yakni melalui perspektif liberal, marxis, dan underdevelopment position. Dalam hal ini, perspektif liberal menawarkan teori dual ekonomi yang melihat evolusi dari dunia ekonomi merupakan bentuk suatu proses pencampuran dari perkembangan ekonomi tradisional menuju modern, sedangkan marxis menawarkan Modern World System (MWS) sebagai turunannya yang menilai adanya transformasi struktur tradisional menuju sistem yang modern. Kaum liberalis percaya bahwa kerjasama antar negara merupakan wujud harmonisasi mutual. Oleh sebab itu kerjasama ekonomi diantara negara-negara di dunia dianggap memiliki dampak yang positif terkait perkembangan di suatu negara. Salah satu kerjasama yang dapat dilakukan adalah melalui investasi ke luar negeri hingga bantuan dan ekonomi dan pasar modal sebagai area investasi terbaik. Sedangkan perspektif underdevelopment position percaya bahwa ketergantungan dalam dunia ekonomi justru memiliki potensi untuk merusak kepentingan negara-negara (Gilpin, 1987:265). Perspektif ini lebih dikenal dengan teori pembangunan yang dapat dijelaskan melalui melalui dua perspektif, yakni teori modernisasi dari perspektif liberalisme. Sementara itu, kaum Marxis melihat kerjasama internasional sarat akan eksploitasi dan konflik. Marxis dan underdevelopment position lebih fokus terhadap isu equality dan kemajuan pembangunan. Dengan demikian, paragraf di bawah akan menjelaskan lebih lanjut terkait perspektif dan ide-ide alternatif yang ditawarkan oleh Gilpin tersebut.

Seperti yang telah sedikit dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa perspektif liberal berasumsi bahwa ekonomi lahir karena adanya dampak positif melalui pengembangan aspek ekonomi suatu negara. Transformasi kapasitas ekonomi penting guna beradaptasi dengan semakin majunya zaman, yang dapat dilakukan salah satunya melalui pengembangan ekonomi sebagai kunci utamanya (Gilpin, 1987:267). Arthur Lewin menyebutkan bahwa pengembangan ekonomi dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yakni pemerintah yang bijaksana, sistem pendidikan, dan iklim (terkait curah hujan). Namun apabila masih terjadi kegagalan pembangunan, maka faktor lain adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar dan ketidakefektifan ekonomi hingga idealism masyarakat yang terlampau tinggi. Oleh sebab itu, perdagangan internasional merupakan salah satu cara untuk mengaplikasikan aktivitas ekonomi untuk mendukung pembangunan negara. Perdagangan bebas dianggap sebagai kunci untuk meraih kesejahteraan individu dengan maksimalisasi profit, yang biasa disebut dengan ‘engine of growth’. Dengan demikian akan tercipta bentuk interdepensi yang rumit antara negara maju dan negara berkembang terkait pemilik modal dan pengolah raw material untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu, dalam kacamata liberalis, negara berkembang pun juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan ekonominya layaknya negara maju dengan adanya pasar terbuka. Selain perdagangan bebas, interdependensi juga terjadi karena adanya spesialisasi dan divisi buruh internasional, arus modal barang, hingga kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi (Gilpin,1987:266). Dalam hal ini, perdagangan merupakan suatu perantara guna mendistribusikan faktor-faktor produksi dari negara maju ke negara berkembang. Oleh sebab itu, terdapat pola penyebaran kemajuan ekonomi yang berasal dari negara core kepada negara periphery, dalam bentuk modal, buruh, pengetahuan, hingga mekanisme perdagangan luar negeri dan sistem moneter internasional (Gilpin, 1987:267).

Gilpin menawarkan perspektif marxis klasik sebagai ide alternatif kedua dalam menganalisis perkembangan ekonomi politik internasional. Melalui pemikiran Karl Marx dan Engels, marxisme klasik memperkenalkan teori dependensi yang menghubungkan proses transformasi masyarakat Eropa. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat Eropa identik dengan feodalisme, namun seiring berjalannya waktu kemudian memunculkan berbagai bentuk kapitalisme. Teori dependensi dibuat sebagai kritik terhadap teori modernisasi kaum liberalis. Teori ini mencoba untuk menarik integrasi bahwa kapitalisme merupakan bentuk eksploitasi terhadap kaum buruh. Hal tersebut disebabkan karena bagaimanapun, kaum borjuis akan selalu berada di atas kaum proletar karena memiliki modal capital yang besar. Dengan demikian, hubungan antara keduanya tidak akan pernah sejajar melainkan justru merugikan salah satu pihak (zero-sum). Salah satunya adalah bagaimana menganalisis hubungan negara dunia ketiga dan negara maju. Dalam hal ini, negara maju memiliki modal kapital yang besar dan cenderung lebih mampu menguasai segala aspek terkait kebutuhan negaranya. Sedangkan negara dunia ketiga tidak lebih sebagai pelaksana berbagai kebijakan yang dihasilkan oleh negara maju untuk mengolah raw materials yang ada. Melalui teori dependensi ini, Marx mencoba menganalisis bagaimana kapitalisme memiliki dampak yang buruk bagi keseimbangan sistem ekonomi politik internasional. Dalam hal ini, Marx melihat bahwa kapitalisme sebagai proses ekspansi ekonomi yang sarat akan dinamika di dalamnya. Dengan demikian, apabila terdapat permasalahan dalam ekonomi masyarakat sosial maka penting adanya untuk memperkenalkan teknologi modern yang dapat mendorong kapitalisme dan industrialisasi (Gilpin, 1987:272). Namun kemudian Lenin menyatakan bahwa dominasi kapitalisme merupakan titik ketidakseimbangan ekonomi politik internasional.

Ide alternatif selanjutnya adalah underdevelopment position. Perspektif ini biasa disebut sebagai teori pembangunan. Dalam hal ini perspektif underdevelopment position ingin menganalisis keterkaitan antara perkembangan ekonomi negara-negara dunia ketiga dan negara maju. Dalam hal ini terdapat instabilitas dalam negara dunia ketiga karena tidak adanya kemandirian ekonomi. Namun di sisi lain, negara-negara tersebut dianggap mandiri secara politik. Walaupun dalam beberapa aspek tidak sepenuhnya mandiri secara politik. Underdevelopment ini merujuk pada asumsi dasar adanya ketergantungan negara berkembang dan negara maju. Hal tersebutb disebabkan karena tidak adanya keseimbangan antara sumber daya alam dan sumber daya manusia. Oleh sebab itu, ketergantungan negara berkembang dan negara maju dapat dijelaskan melalui perdagangan dan pengolahan raw material (Giplin, 1987:273). Tidak dapat dipungkiri bahwa kemudian tercipta sebuah bentuk interdependensi di antara negara-negara maju dan berkembang yang saling melakukan interaksi ekonomi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa negara maju berperan penting dalam perkembangan ekonomi politik internasional. Namun selain peran negara maju yang penting, perdagangan bebas juga dapat dilakukan oleh negara berkembang dengan adanya bantuan serta investasi luar negeri. Hal tersebut akan membantu negara berkembang untuk mendapatkan pasar modal, ekspor, serta teknologi yang berguna bagi perkembangan ekonominya (Gilpin,1987:265). Dengan demikian interdependensi tersebut dalam beberapa aspek dapat bersifat mutual.

Sedangkan dalam melihat kapitalisme, underdevelopment menganggapnya sebagai jurang antara ekonomi negara maju dengan ekonomi negara yang berkembang. Kesenjangan tersebut didorong oleh pemberlakuan perdagangan bebas, dimana negara-negara miskin belum memiliki kesiapan penuh. Dalam kacamata kaum strukturalis, perspektif ini melihat bahwa kapitalisme memiliki pengaruh terhadap sisten perekonomian politik internasional khususnya negara-negara berkembang dan letak ketergantungannya. Teori ini dapat dijelaskan melalui teori modernisasi dari perspektif liberalisme. Perdagangan menjadi perantara bagi laju aliran modal, barang, dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang, Sedangkan konsekuensinya adalah negara maju mendapatkan raw material dengan harga murah. Teori ini kemudian dapat dianalisis melalui pentingnya proses modernisasi sebagai sebuah transformasi struktur tradisional menuju struktur modern.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekonomi politik internasional dapat dijelaskan melalui 3 (tiga) perspektif untuk membantu jalannya pembangunan ekonomi yakni melalui perspektif liberal, marxis, dan underdevelopment position. Perspektif liberal menawarkan dual ekonomi akan adanya rasionalitas individu. Perdagangan bebas memiliki self-operating dan self-correcting. Dengan demikian terdapat hubungan dependensi antara ekonomi dan politik. Perspektif ini menawarkan teori dual ekonomi yang melihat evolusi dari dunia ekonomi merupakan bentuk suatu proses pencampuran dari perkembangan ekonomi tradisional menuju modern. Dengan demikian terdapat self-sufficiency dalam sektor tradisional. Dalam hal ini, aktor ingin mendapatkan maksimalisasi keuntungan dan efisiensi akibat makin ketatnya kompetisi pasar. Sedangkan marxis menawarkan Modern World System (MWS) sebagai turunannya yang menilai adanya transformasi struktur tradisional menuju sistem yang modern. Sistem satu dengan lainnya memiliki keterkaitan. Perbedaan marxis dan MWS terletak pada pandangan terkait pasar global sebagai eksploitasi ekonomi. Sedangkan perspektif underdevelopment position percaya bahwa ketergantungan dalam dunia ekonomi justru memiliki potensi untuk merusak kepentingan negara-negara (Gilpin, 1987:265). Perspektif ini lebih dikenal dengan teori pembangunan yang dapat dijelaskan melalui melalui dua perspektif, yakni teori modernisasi dari perspektif liberalisme. Dengan demikian ketiga teori tersebut menjelaskan bagaimana ekonomi politik internasional berkembang di dunia internasional.

Referensi

Gilpin, Robert. 1987. “The Issue of Dependency and Economic Development” dalam The Political Economy of International Relations, Princeton: Princeton University Press. Pp. 263-305

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar