Halaman

Rabu, 06 Maret 2013

Indikator Ekonomi Leading Dan Lagging


Indikator Ekonomi Leading Dan Lagging

Indikator ekonomi lagging
Tidak seperti indikator ekonomi yang bersifat leading, indikator lagging ditampilkan setelah terjadi perubahan keadaan ekonomi. Meski tidak menunjukkan arah pergerakan perekonomian, indikator lagging mengkonfirmasi perubahan yang telah terjadi, dan mengindikasikan trend perubahan besaran ekonomi tersebut dalam jangka panjang. Misalnya indikator tingkat pengangguran (unemployment rate). Jika tingkat pengangguran naik secara berturut-turut, berarti keadaan ekonomi sedang lesu, atau jika pemerintah optimis keadaan perekonomian akan membaik, sebagai konfirmasinya indikator tingkat pengangguran semestinya akan turun. Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat lagging:


1. Gross Domestic Product (GDP):
GDP adalah patokan tipikal untuk pertumbuhan ekonomi. Jika GDP naik artinya keadaan ekonomi sedang tumbuh dan data ini sering digunakan oleh sektor bisnis dan industri untuk mengevaluasi pengeluaran belanjanya, kenaikan gaji, ekspansi dan lain sebagainya. Pemerintah menggunakan patokan GDP disamping laju inflasi sebagai salah satu komponen dalam menentukan tingkat suku bunga. GDP biasanya dirilis per kwartal (q/q), dan dalam 3 versi, yaitu Advance, Preliminary dan Final. GDP Advance atau Estimated GDP yang pertama dirilis biasanya berdampak lebih besar.

2. Tingkat pengangguran (Unemployment Rate):
Indikator ini mengukur persentasi jumlah pengangguran yang sedang aktif mencari pekerjaan dalam sebulan. Jumlah pengangguran yang tinggi akan mengurangi tingkat pengeluaran konsumen, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada GDP. Selain itu pengeluaran pemerintah akan bertambah dengan program tunjangan untuk pengangguran (di negara-negara yang menggunakan mata uang utama memang menerapkan program ini). Biasanya data ini dirilis bersamaan dengan jumlah daftar upah pekerja yang menggambarkan perubahan jumlah lapangan pekerjaan diluar sektor industri pertanian (Non Farm Payrolls).

3. Tingkat pendapatan dan upah pekerja
Jika ekonomi berjalan dengan efisien, tingkat pendapatan dan upah pekerja akan meningkat secara teratur sesuai tingkat inflasi. Jika terjadi penurunan upah, maka berarti telah terjadi pengurangan jam kerja atau pekerja yang dirumahkan. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian sedang lesu atau menuju ke arah resesi. Yang termasuk indikator ini adalah Average Weekly Earnings dan Personal Income.

4. Tingkat inflasi (Consumer Price Index)
Consumer Price Index (CPI) merefleksikan tingkat laju inflasi secara keseluruhan. Jika CPI naik maka inflasi meningkat. CPI mengukur perubahan harga barang dan jasa, dan biasanya yang berpengaruh adalah CPI inti (Core CPI), yaitu CPI diluar harga makanan dan energi. Tingkat inflasi penting diperhatikan trader karena berhubungan dengan kebijakan bank sentral untuk menentukan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang tinggi mendorong bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga.

5. Tingkat suku bunga (Interest Rates)
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan nilai mata uang menguat. Biasanya tingkat suku bunga ditentukan oleh bank sentral sekali dalam sebulan, dan merupakan momen yang selalu ditunggu trader mengingat dampaknya yang sangat signifikan bila hasil rilis menyimpang jauh dari yang diharapkan pasar.

6. Neraca Perdagangan (Trade Balance)

Neraca perdagangan adalah selisih nilai ekspor dan impor barang dan jasa. Surplus bila hasilnya positif dan defisit bila hasilnya negatif.
Dalam jangka panjang, defisit neraca perdagangan akan memperlemah nilai mata uang. Data neraca perdagangan dirilis sebulan sekali. Dimasa lalu rilis data ini cukup berdampak pada pasar forex sebelum kemudian digeser oleh besarnya dampak rilis data Non Farm Payrolls.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar